Skema yang tengah disiapkan adalah PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) digabung dengan PT PP (Persero) Tbk (PTPP), sementara PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) menjadi induk holding bagi PT Brantas Abipraya dan PT Nindya Karya. Sedangkan PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) akan dilebur ke dalam PT Hutama Karya (Persero).
Direktur Utama ADHI, Entus Asnawi, menjelaskan integrasi BUMN Karya merupakan agenda yang harus dijalani demi perbaikan industri konstruksi nasional.
“Kami masih berproses terus mungkin untuk yang Tbk-Tbk ini karena ada banyak kaitan dengan perapihan di luar, mungkin prosesnya akan lebih sedikit panjang dibandingkan dengan yang non-Tbk,” ujarnya dalam Publik Ekspose secara daring, Senin (8/9).
Menurut Entus, integrasi bukan pilihan untuk ADHI, tetapi ini merupakan kepastian untuk bagaimana Perseroan bisa memperbaiki sistem ke depan, misalnya dari sisi keuangan, persaingan usaha, kemudian dari sisi pengelolaan kompetensi-kompetensi.
Meski demikian, Entus mengakui proses merger ini masih menunggu keputusan resmi dari Danantara.
“Kami masih menunggu keputusan dari Danantara bagaimana nantinya, karena di dalam integrasi ini ada perusahaan Tbk yang terbuka seperti Adhi Karya dan tiga lainnya (PTPP, WIKA, dan WSKT), kemudian ada juga yang non-Tbk,” jelasnya.
Dilanjut Entus, kondisi sejumlah BUMN Karya yang tengah menghadapi beban utang dan kerugian cukup besar menjadi salah satu alasan merger dipandang perlu.
Ia menilai konsolidasi dapat memperkuat fundamental keuangan perusahaan, meningkatkan daya saing, serta mengoptimalkan sinergi kompetensi yang dimiliki masing-masing entitas.