Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva mengumumkan paket keringanan utang senilai USD 2,21 miliar untuk 100 ribu petani. Nilai insentif tersebut setara dengan Rp 36,3 triliun (kurs Rp 16.432 per Dolar AS) per Sabtu 6 September pukul 17.53 WIB.
Mengutip Bloomberg, paket ini bertujuan untuk menjaga ketahanan pangan sekaligus membantu petani menghadapi dampak perubahan iklim.
Kebijakan ini terutama ditujukan bagi petani kecil dan menengah yang terdampak peristiwa iklim baru-baru ini.
Langkah ini muncul di tengah lonjakan gagal bayar di sektor agribisnis yang dikelola Banco do Brasil, bank terbesar di negara tersebut. Saat ini tercatat sekitar 20 ribu kliennya mengalami gagal bayar.
“Banco do Brasil saat ini memiliki 20.000 klien yang gagal bayar,” kata CEO Tarciana Medeiros bulan lalu, dikutip dari Reuters, Sabtu (6/9).
Lebih lanjut, dalam sebuah unggahan di media sosial Lula menyatakan bahwa Ia menandatangani perintah eksekutif yang menjamin renegosiasi utang pedesaan dengan persyaratan khusus.
Menurutnya, kebijakan ini akan memberi rasa aman bagi para penggarap lahan hingga memperkuat Brasil dalam menghadapi perubahan iklim.
"Ini berarti keamanan yang lebih baik bagi para penggarap lahan, lebih banyak makanan di meja makan rakyat Brasil, dan negara yang lebih kuat dalam menghadapi perubahan iklim,” tulis Lula.
Para petani Brasil telah menghadapi tantangan yang semakin berat dalam beberapa tahun terakhir, termasuk cuaca ekstrem, suku bunga tinggi, dan tingginya biaya input.
Sebagai salah satu pemasok utama biji-bijian, kopi, daging, kapas, dan gula dunia, sektor pertanian menjadi penopang penting perekonomian Brasil.