REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dai kondang sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Sabilunnajah Bojonegoro, Jawa Timur KH Anwar Zahid (Abah Anza), biasanya berceramah sambil melempar guyonan penuh tawa.
Salah satu guyonannya yang terkenal adalah tentang imam sholat shubuh. Sudah membaca sholawatan berkali-kali, akhirnya ada orang datang membuka keran wudhu. Si imam ini senang, wah akhirnya ada yang mau sholat shubuh berjamaah. Setelah diintip, ternyata bukan orang mau sholat, tapi nyari kodok.
Terlalu lama menunggu, akhirnya imam itu komat sendiri dan jadilah dia sholat sendirian, itu pun masih dengan niat imaman lillahi ta'ala. Siapa tahu setelah takbiratul ihram ada makmum datang.
Kemudian bacalah surat alfatihah. Setelah sampai ke ayat wa lad dhoolliin. Ternyata ada yang baca "Amin." Bingunglah imam ini. Siapa ini yang baca amin. Dari tadi ditunggu, tak ada yang datang. Tapi ini ada yang baca amin. Kemudian si Imam mengintip perlahan, ternyata dilihatlah sosok hitam hitam seram. Imam itu teriak minta tolong hingga akhirnya pingsan. Ketika teriak minta tolong, suaranya masuk ke pengeras suara, sehingga didengar orang sekampung. Mereka yang semula puas tidur dan 'kelonan' lari tunggang langgang ke masjid.
Sampai di masjid, mereka menggotong si imam. "Kenapa cak, kok bisa sampai pingsan begini?" Kemudian si imam menceritakan peristiwa tadi. Lalu orang-orang yang menolongnya berkata, mengapa tidak ada orang yang jadi makmum. Si imam menjelaskan dengan nada kecewa, sudah dipanggil dengan adzan dan sholawatan, tapi tidak ada yang datang. Giliran saya teriak tolong-tolong baru pada datang. Apa adzan Asholatu khoirum minannaum saya ganti tolong tolong saja?
Cerita itu menjadi sindiran lucu terkait sedikitnya jamaah sholat subuh di berbagai masjid yang disambut tawa para hadirin di berbagai tempat.
Kali ini, Abah Anza sedang tidak berceramah, tapi mengomentari program sekolah rakyat Presiden Prabowo. Dia menyatakan dukungan terhadap Program Sekolah Rakyat yang digagas Presiden Prabowo Subianto sebagai upaya memutus rantai kemiskinan.
Hal itu disampaikannya saat mengisi tausiyah dalam peresmian Gedung SDI di Pesantren Ulumiyah Al Makruf, Pare, Kabupaten Kediri, Minggu (7/9). Acara tersebut turut dihadiri Menteri Sosial Saifullah Yusuf bersama para kiai, santri, dan tokoh masyarakat di Jawa Timur.
"Saya mendukung dan setuju Program Presiden Prabowo yang menghadirkan Sekolah Rakyat. Ini khusus untuk keluarga miskin. Kalau ingin memperkuat perekonomian bangsa, ya sasarannya penduduk miskin disekolahkan," kata Anwar Zahid.
Ia menegaskan bahwa pembangunan manusia tidak cukup bertumpu pada aspek ekonomi semata, tetapi harus memadukan empat unsur penting yaitu negara, agama, orang tua, dan anak. Dengan begitu Sekolah Rakyat dinilai menjadi jembatan penting agar anak-anak dari keluarga kurang mampu memiliki masa depan lebih baik.
Sementara itu, Menteri Sosial Saifullah Yusuf mengatakan bahwa Sekolah Rakyat terinspirasi dari sistem pendidikan pesantren yang terbukti membentuk karakter dan akhlak anak.
"Pesantren adalah boarding school yang sudah terbukti membentuk anak-anak berkarakter dan berakhlak," ujar Saifullah.
Dia berharap kehadiran Sekolah Rakyat dapat memperkuat ekosistem pendidikan berbasis nilai, moral, dan kemandirian dengan dukungan para kiai serta pesantren.
Pasalnya nilai-nilai yang diajarkan pesantren itu diadopsi dalam sistem pendidikan Program Sekolah Rakyat yang hadir sebagai upaya pemerintah memberi akses pendidikan lebih luas bagi anak-anak dari keluarga dengan tingkat kesejahteraan terendah (desil 1-2) pada data tunggal sosial ekonomi nasional (DTSEN).
Program Sekolah Rakyat ini juga menjadi miniatur pengentasan kemiskinan terpadu lantaran memadukan beragam program prioritas seperti cek kesehatan gratis, makan bergizi gratis, jaminan kesehatan, Koperasi Desa Merah Putih, dan program 3 juta rumah.
Hingga saat ini sudah terdapat 100 Sekolah Rakyat yang beroperasi di berbagai daerah.
Kementerian Sosial sebagai pelaksana teknis menargetkan pada tahun ajaran 2025/2026 ini total akan ada sebanyak 165 Sekolah Rakyat jenjang SD, SMP dan SMA/sederajat yang beroperasi sehingga total kapasitas 15.895 siswa, didukung 2.407 guru dan 4.442 tenaga pendidik.
sumber : Antara