Direktur Finance & Strategy BNI, Hussein Paolo Kartadjoemena, menekankan bahwa digitalisasi menjadi penopang penting dalam memperkuat struktur pendanaan.
"Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK), khususnya CASA mencerminkan keberhasilan strategi digitalisasi dan transformasi cabang BNI,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (8/9).
Hingga Juni 2025, BNI mencatat pertumbuhan DPK 16,5 persen secara tahunan menjadi Rp 900 triliun. Dana murah (CASA) tumbuh 18,7 persen menjadi Rp 647,6 triliun, sehingga rasio CASA naik menjadi 72 persen, lebih tinggi dibandingkan 70,7 persen pada periode yang sama tahun lalu.
Dari sisi ekspansi kredit, BNI menyalurkan Rp 778,7 triliun atau naik 7,1 persen year on year (YoY). Kredit korporasi naik 10,4 persen menjadi Rp 435,8 triliun, sementara kredit konsumer tumbuh 10,7 persen menjadi Rp 147 triliun.
Segmen UMKM juga menunjukkan momentum positif dengan pertumbuhan 9,2 persen menjadi Rp 44,4 triliun di luar KUR. Kredit komersial tumbuh 5,5 persen, sedangkan perusahaan anak BNI mencatatkan pertumbuhan 27,1 persen menjadi Rp 17,2 triliun.
Transformasi digital menjadi motor utama penguatan bisnis. Aplikasi wondr by BNI yang diluncurkan pertengahan 2024 telah menjaring 8,6 juta pengguna hingga Juni 2025, dengan volume transaksi naik 68 persen YoY.
Sementara itu, kanal wholesale BNIdirect mencatat nilai transaksi Rp 5.246 triliun, tumbuh 31,1 persen YoY, sekaligus mendorong kenaikan saldo giro transaksional 18 persen.
Selain pertumbuhan kredit, Non-Performing Loan (NPL) turun ke level 1,9 persen, Loan at Risk (LAR) membaik ke 11,0 persen, dan Cost of Credit (CoC) ditekan pada level 1 persen. Rasio kecukupan modal (CAR) terjaga di 21,1 persen.
"Dengan fundamental yang kuat dan fokus pada sektor produktif, kami optimistis dapat memperluas kapasitas ekspansi kredit di semester kedua 2025, sekaligus menjaga kualitas aset dan profitabilitas yang berkelanjutan,” lanjut Paolo.