
Kamu merasa enggak sih, kalau belakangan ini gerai gadai makin menjamur di mana-mana? Sebut saja gerai pegadaian swasta seperti Pusat Gadai Indonesia (PGI), Raja Gadai, Gadai Top, Pandai Gadai, hingga Bijak Gadai yang ada di pinggir-pinggir jalan. Belum lagi eksistensi PT Pegadaian milik pemerintah yang sudah lebih dulu ada.
Secara regulasi, perusahaan pergadaian swasta baru bermunculan sejak 2017. Hal ini ditandai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 31/POJK.05/2016 tentang Usaha Pergadaian. Sebelumnya, PT Pegadaian milik pemerintah memonopoli sektor ini. Per Februari 2025, ada 197 perusahaan gadai—termasuk milik pemerintah yang tecatat di OJK.
Berdasarkan analisis spasial yang kumparan lakukan, rata-rata jarak yang dibutuhkan masyarakat Jabodetabek untuk menemukan gerai gadai sangat bervariasi. Di Kota Tangerang Selatan, misalnya, masyarakat bisa menjumpai gerai gadai—baik milik swasta maupun pemerintah—tiap 730 meter. Sementara di DKI Jakarta, rata-rata jarak yang dibutuhkan mencapai 900 meter.
Hasil perhitungan kami terhadap rata-rata jarak masyarakat ke gerai gadai di 9 wilayah administratif Jabodetabek adalah sebagai berikut:
Rata-rata jarak masyarakat Kabupaten Bekasi menuju gerai gadai memang terbilang tinggi, yaitu 33,59 km. Itu karena, jumlah gerai gadai di sana tak seberapa. Sementara luas wilayahnya mencapai 1.274 km persegi atau dua kali lipat luas DKI Jakarta.
Ada 1.689 Gerai Gadai di Jabodetabek
Untuk memperoleh angka-angka di atas, kami menggunakan teknik scraping untuk melihat data lokasi gerai gadai melalui pemanfaatan Application Programming Interface (API) milik Google Maps. API dari Google Maps itu menyediakan koordinat presisi tiap gerai gadai di sembilan wilayah administratif sekitar Jakarta.
Hasilnya, ada 1.689 gerai yang tersebar di Jabodetabek. DKI Jakarta menjadi wilayah dengan eksistensi gerai gadai terbanyak. Diikuti 205 gerai di Kota Bekasi, serta 164 gerai di Kabupaten Bogor.
Selanjutnya, ribuan titik acak dihasilkan secara merata dalam batas poligon masing-masing wilayah menggunakan metode uniform random sampling. Tujuannya supaya setiap lokasi gerai gadai dalam satu kota atau kabupaten memiliki peluang sama untuk terpilih sebagai titik uji. Adapun poligon yang kami gunakan berasal dari osm-boundaries.com.

Nah, jarak antara tiap titik sampling dan seluruh gerai gadai kemudian dihitung menggunakan Haversine Formula, sebuah rumus matematis yang mempertimbangkan kelengkungan bumi untuk mendapatkan estimasi jarak garis lurus yang akurat. Tentu tiap wilayah kami hitung satu per satu menggunakan bahasa pemrograman python.
Secara umum, gerai gadai di perkotaan umumnya berada dalam jarak tempuh berjalan kaki. Sementara di wilayah kabupaten, aksesnya lebih terbatas dan tersebar. Perbedaan ini menunjukkan bagaimana pola urbanisasi memengaruhi akses masyarakat terhadap layanan gadai.
Sebaran 1.689 gerai gadai di Jabodetabek kami visualisasikan melalui Kepler.gl—sebuah open source untuk visualisasi data geospasial.

Dalam skala yang lebih mikro, seperti di sebuah jalanan, gerai gadai memang sangat berdekatan sekali. Di Jalan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, misalnya, ada 4 gerai gadai yang terbentang dalam jalanan sepanjang 2,4 km.
Bila tiap gerai jaraknya diukur terhadap gerai lainnya, angka yang dihasilkan adalah 422 meter. Jadi, tiap orang yang melalui jalan tersebut, dapat melihat gerai gadai setiap 422 meter.
1 | DKI Jakarta | Jl. Dewi Sartika | 7 | 0,929 | 2,2 |
2 | Kota Bogor | Jl. Mayjend Ishak | 3 | 0,541 | 2,5 |
3 | Kab Bogor | Jl. Bojong Gede | 4 | 0,422 | 2,435 |
4 | Kota Tangerang | Jl. Cipto Mangunkusumo | 6 | 0,672 | 1,5 |
5 | Kab Tangerang | Jl. Raya Pasar Kemis | 4 | 2,286 | 4 |
6 | Kota Tangsel | Jl. W R Supratman | 4 | 1,039 | 3,9 |
7 | Kab Bekasi | Jl. Jatimulya Raya | 3 | 0,445 | 2,5 |
8 | Kota Bekasi | Jl. KH. Agus Salim | 4 | 0,857 | 1,5 |
9 | Kota Depok | Jl. Nusantara Raya | 6 | 0,532 | 1,14 |
Perusahaan Gadai Terus Ekspansif
Direktur PT Kusuma Dwipa Gadai dengan merek Raja Gadai, Made Satya Wiweka, tak menampik bahwa perusahaan gadai memang ekspansif. Menurutnya, gerai-gerai gadai perusahannya sudah hadir di daerah perkampungan, mudah dijangkau masyarakat.
Raja Gadai, kata dia, berniat membawa manfaat kepada masyarakat umum lewat penyediaan layanan keuangan yang inklusif, dapat memberikan pinjaman dengan cepat dan murah.
“Kalau lihat orang yang tidak bank-able itu kan, pinjam Rp 1 juta kan pasti sulit karena berbelit-belit, bukan berbelit-belit ya, administrasinya cukup banyak. Sedangkan kalau di kita itu kan sangat simple. Hanya cukup dengan memiliki KTP Lalu dia bisa membuktikan bahwa barang itu milik dia, dia dapat menggadaikan barangnya,” ujar Satya saat dihubungi kumparan, Selasa (8/7)..

Menurutnya, pihaknya kini sudah memiliki sekitar 500 gerai yang tersebar di Jawa, Bali, dan Sumatera dengan rata-rata pinjaman nasabah Rp 1 juta sekali transaksi.
“Kenapa rata-rata barangnya hanya 1 juta? Harga pinjamannya hanya 1 juta rupiah karena memang kita benar-benar fokusnya di microfinance, sangat micro,” terang Satya saat dihubungi kumparan, Selasa (8/7).
Sementara itu, Komisaris Aman Bijak Gadai, Sandra Olga, mengakui bahwa industri gadai kini sudah sangat padat. Banyak merek-merek baru yang ekspansif dan masif membuka gerai di kota-kota.
Dia juga membeberkan bahwa banyak gerai perusahaan gadai yang terpaksa tutup karena kerasnya persaingan antarpemain.
“Sebenarnya tuh, gadai itu kan di jalanan banyak yang buka, tapi banyak juga yang tutup. Jadi ada beberapa kompetitor, saya lihat sendiri, kompetitornya tutup. Jadi, banyak yang berusaha untuk masuk ke dunia gadai, saya lihat juga banyak yang masuk ke gadai. Kalau di Jawa Barat ada kompetitor dulu, buka sampai puluhan, sekarang tinggal segelintir,” cerita Sandra saat dihubungi terpisah, Selasa (8/7).

Di samping itu, Sandra menceritakan bagaimana cara perusahaan gadai bisa terus bertahan.
Yang pasti kita menjaga supaya banyak yang [melakukan] perpanjangan. Jangan sampai [pelanggan] nebus dan jangan sampai kejual [barangnya]. ”-Komisaris Aman Bijak Gadai, Sandra Olga.Jadi, kata dia, pendapatan jangka panjang perusahaan gadai bersumber dari perpanjangan pinjaman nasabah. Sementara itu, pelunasan pinjaman dan penjualan barang jaminan yang tidak bisa ditebus nasabah hanya keuntungan jangka pendek di mata perusahaan.
Jumlah Nasabah Aktif Naik 607,69%
Menurut data OJK, jumlah nasabah pegadaian swasta maupun pemerintah naik hingga 607,69 persen sejak 2016. Per Februari 2025, nasabah aktif mencapai 27,6 juta orang.
Kota Bandung tercatat sebagai kota dengan nasabah aktif terbanyak, yaitu 3,89 juta orang. Diikuti Surabaya 3,56 juta orang dan Semarang 2,91 juta orang.
Sejalan dengan jumlah nasabah yang melonjak, pembiayaan dan pinjaman yang disalurkan juga ikut melesat. Di periode yang sama, jumlah pembiayaan dan peminjaman mencapai Rp 90 triliun atau naik 153,98 persen sejak 2016.
Menariknya, bila data pembiayaan dan pinjaman dibedakan menurut swasta dan pemerintah, terlihat bahwa ada kenaikan yang signifikan di perusahaan gadai swasta. Pada 2018, misalnya, pembiayaan dan pinjaman swasta ada di angka Rp 475 miliar. Lalu pada 2025, jumlahnya naik menjadi Rp 2,81 triliun. Artinya, ada kenaikan sebesar 492,74 persen.