Suasana di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, Senin (1/9) pagi ini, tidak seperti biasanya. Stasiun yang biasanya dipadati penumpang tampak lebih lengang.
Beberapa warga yang ditemui di lokasi berbagi cerita, termasuk Zulkarnain Rinaldi (62) yang datang jauh-jauh dari Surabaya.
Ia sebenarnya berniat mengikuti acara lari Justisia Half Marathon yang start dan finis di kawasan Gedung MPR/DPR pada Minggu (31/8). Namun, lomba itu terpaksa dibatalkan karena aksi besar-besaran yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya sejak Kamis (28/8).
“Saya dari Surabaya, kebetulan kemarin mau ikut acara lari yang startnya di gedung. Ikut acara lari Justisia Half Marathon, start finisnya kan di gedung MPR-DPR hari Minggu tanggal 31, tapi karena lihat situasi kondisi gini dibatalkan,” kata Zulkarnain saat ditemui di kawasan Dukuh Atas, Senin (1/9)
Tiket Sudah Dibeli Sejak Lama
Zulkarnain mengaku tiket sudah ia pesan jauh-jauh hari. Ia sampai di Jakarta pada Kamis malam (28/8), saat situasi demo mulai ramai.
“Oh, saya beli tiketnya sudah satu bulan yang lalu. Pulang pergi, hari saya sampai di sini hari Kamis malam,” ujarnya.
Meski mengetahui ada aksi, ia tetap berangkat. “Ya berangkat, karena sudah kejadiannya kan kalau enggak salah di hari Kamis dan Jumat, jadi saya tetap berangkat. Tapi acaranya dibatalkan,” lanjutnya.
Tak hanya ia seorang diri, beberapa rekannya sesama pelari juga tetap datang ke Jakarta.
“Teman-teman juga ke sini, karena udah tiket dibeli, main-main aja ke sini,” ungkapnya.
Transportasi Lebih Sepi dari Biasanya
Zulkarnain juga sempat merasakan langsung suasana transportasi umum yang lebih lengang. Dari Stasiun Kalibata, ia naik KRL menuju Manggarai, lalu melanjutkan perjalanan ke Dukuh Atas.
“Kalau ini tadi naik KRL memang suasananya agak sepi seperti biasanya. Manggarai juga nggak ramai, enggak sepadat ya. Biasanya kan uyel-uyelan orang naik turun. Ini kayak tadi nyaman aja,” jelasnya.
Hari itu, ia berniat mencoba MRT, apalagi ada promo Rp 1. “Mau nyoba MRT, katanya juga ada 1 rupiah kan? Ya coba-coba jalan-jalan aja,” katanya.
Zulkarnain juga sempat menjajal Transjakarta yang sebelumnya diberlakukan tarif Rp 1. Dari pengalamannya, banyak halte yang rusak akibat demo.
“Kalau Transjakarta Rp 1 kemarin, keliling juga saya. Pengin lihat situasinya, memang halte-halte banyak yang rusak,” tuturnya.