
ACARA sembahyang Chao Du merupakan sebuah tradisi doa bersama yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa untuk menghormati leluhur. Acara tersebut umumnya dihadiri oleh ratusan keluarga yang menciptakan suasana penuh kekhidmatan sekaligus kebersamaan.
Dalam kepercayaan masyarakat Tionghoa, sembahyang Chao Du dilakukan untuk leluhur, terutama yang belum mencapai reinkarnasi sempurna atau tidak disembahyangi keluarganya. Dengan dilakukannya sembahyang Chao Du, mereka memohon agar mereka dapat berbahagia dan terlahir kembali di alam yang lebih baik. Sembahyang ini juga mempererat ikatan keluarga dan menanamkan benih karma baik bagi para peserta yang hadir.
Di Indonesia, tradisi tersebut juga kerap digelar oleh warga Indonesia keturunan Tionghoa. Salah satunya yang digelar di kawasan Lestari Memorial Park Tangerang. Acara sembahyang Chao Du yang digelar beberapa waktu lalu itu dipimpin oleh Suhu Shi Jia Faci Fashi dari Mongolia dan dimulai dengan prosesi doa bersama.
Ritual dimulai dengan keluarga menyalakan dupa, mempersembahkan persembahan, dan melantunkan doa dengan penuh kekhusyukan. Setiap langkah, setiap helai asap dupa yang membumbung, menjadi simbol hubungan batin yang tak pernah terputus antara yang hidup dan yang telah tiada. Di tengah kesakralan itu, suasana kawasan yang asri dan tertata rapi semakin memperkuat pengalaman spiritual keluarga. Kehijauan pepohonan, dan udara segar menciptakan harmoni yang sulit ditemukan di tempat lain.
Lebih dari sekadar ritual, Chao Du juga menghadirkan nuansa kebersamaan yang hangat. Setelah prosesi doa, keluarga saling berinteraksi, berbagi kisah, dan mempererat ikatan antar-generasi. Bagi banyak peserta, acara ini menjadi pengingat bahwa penghormatan kepada orang tua dan leluhur tidak hanya melalui doa, tetapi juga dengan menjaga hubungan baik antar-sesama keluarga. Bagi banyak peserta, momen ini menjadi kesempatan langka, bukan hanya untuk mendoakan leluhur, tetapi juga untuk menguatkan ikatan antar-generasi dalam keluarga besar.
“Chao Du bukan sekadar ritual, tetapi perayaan nilai luhur: bakti, penghormatan, dan kebersamaan. Kami merasa terhormat dapat menjadi bagian dari momen penuh makna ini, sekaligus menyediakan ruang yang mendukung pelestarian tradisi budaya dan spiritual masyarakat," kata Vice President Lestari Memorial Park, Johanes, dalam keterangannya, Senin, (8/9).
Banyak keluarga mengungkapkan rasa syukur atas terselenggaranya acara ini. Acara kemudian ditutup dengan sesi foto bersama sebagai simbol persatuan dan komitmen untuk melestarikan tradisi leluhur di tengah kehidupan modern. (H-3)