Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menegaskan tidak ada tanda-tanda rush money atau penarikan dana besar-besaran dari sistem perbankan.
“Hingga saat ini tak terdapat indikasi penarikan dana deposan dalam jumlah yang besar dari sisi perbankan. Dan tidak ada gangguan signifikan juga pada ATM sebagai akibat aksi unjuk rasa yang terjadi,” ujar Dian dalam konferensi pers RDKB OJK, Kamis (4/9).
Dia menambahkan, stabilitas perbankan juga terlihat dari pergerakan dana pihak ketiga (DPK) yang meliputi giro, tabungan, dan deposito, yang masih berjalan normal. Baik arus masuk maupun arus keluar, menurut Dian, bergerak sesuai pola reguler pada akhir dan awal bulan.
“Dampak unjuk rasa terhadap operasional perbankan dikatakan relatif minimal, meskipun terdapat beberapa penyesuaian dan memastikan layanan perbankan itu tetap optimal,” sebut Dian.
Lebih lanjut, OJK juga memantau sejumlah indikator utama likuiditas perbankan. Saat ini rasio kredit terhadap dana pihak ketiga atau Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di atas 78 persen dan di bawah 92 persen.
Angka ini menunjukkan dana masyarakat yang dihimpun bank sebagian besar sudah tersalurkan ke kredit, namun tetap dalam batas aman sehingga tidak menimbulkan risiko likuiditas berlebihan.
Dalam paparannya juga, Dian menjelaskan secara rinci Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Juli 2025 tercatat Rp 9.294 triliun atau tumbuh 7,70 persen yoy, naik dari bulan sebelumnya yang tumbuh 6,96 persen yoy.
Likuiditas industri perbankan juga masih terjaga. Rasio alat likuid terhadap non-core deposit (AL/NCD) tercatat sebesar 119,43 persen, naik tipis dari posisi Juni 2025 di 118,78 persen.
Sementara rasio alat likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) berada di level 27,08 persen. OJK juga melaporkan Liquidity Coverage Ratio (LCR) sebesar 205,26 persen, jauh di atas threshold minimum.
Dari sisi risiko kredit, rasio Non Performing Loan (NPL) gross tercatat 2,28 persen atau sedikit naik dari Juni 2025 sebesar 2,22 persen. Sementara NPL net berada di 0,86 persen dan Loan at Risk (LaR) relatif stabil di 9,68 persen.
Isu rush money sempat ramai dibicarakan menyusul gelombang demonstrasi yang berlangsung di sejumlah kota besar pada Kamis (28/8) hingga awal September. Massa aksi menyoroti sejumlah kebijakan pemerintah dan menilai tunjangan mewah anggota DPR, hal ini sempat mengganggu aktivitas ekonomi di beberapa titik.