
PELAKU jasa wisata dan perhotelan di Kota Malang, Jawa Timur, merasakan imbas rentetan demonstrasi dalam beberapa hari terakhir membuat kunjungan wisata merosot.
"Saat satu hari sampai dengan sekarang setelah demo, berdampak bagi hotel dan restoran. Okupansi menurun," tegas Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Malang, Agoes Basoeki, Jumat (5/9).
Dalam kondisi ini, PHRI berupaya menenangkan anggota sembari memotivasi mereka berupaya bangkit. Caranya, pelaku usaha didorong menghadirkan kreativitas dan memberikan paket promo.
"Selain itu kami berkolaborasi dan berkoordinasi dengan induk organisasi PHRI, komunitas pariwisata, serta pemerintah khususnya pemerintah daerah dalam upaya menciptakan dan menyampaikan bahwa wilayah kota kondusif. Yang akhirnya kegiatan pariwisata kembali normal," katanya.
Ia berharap Kota Malang sebagai destinasi pariwisata unggulan nasional tetap kondusif. Sebab, okupansi kini tinggal 20% hingga 30%. Kondisi serupa juga dirasakan pengelola kampung tematik di Kota Malang.
Ketua Forkom Pokdarwis Malang Isa Wahyudi akrab disapa Ki Demang menyatakan wisatawan menunda kunjungan wisata. "Semula beli paket sudah sesuai jadwal akhirnya menunda ada yang ganti tanggal, ada juga yang membatalkan sampai kondisi kondusif. Siswa pun sekolah daring," ujar Ki Demang.
Di koridor Kayutangan yang semula saban hari selalu ramai wisatawan terlihat sepi. Beberapa toko tutup dan kunjungan wisata menurun drastis.
Ketua DPRD Kota Malang, Amithya Ratnanggani Sirraduhita mengatakan imbas demo begitu terasa dampak dan pengaruhnya. Ia berharap situasi dan kondisi kembali membaik sehingga masyarakat bisa melanjutkan aktivitas secara normal seperti biasa.
Selama sepekan ini, dewan menggelar rapat secara daring. Seluruh dokumen dan komputer dibawa ke tempat aman. Personel TNI dan Polri masih berjaga di gedung DPRD Kota Malang.
"Insyaallah Senin (8/9) akan luring kembali," ucapnya. (H-3)