
Pedagang beras di Pasar Rawamangun mengaku mendapatkan keuntungan dengan berpindahnya konsumen yang biasa membeli beras di ritel modern ke pasar tradisional. Ini terjadi usai ramainya isu beras premium dioplos.
Seorang pedagang beras di Pasar Rawamangun, Ahmad Zahir, mengaku setidaknya ada 5 orang yang berbelanja di tokonya. Menurut dia, pelanggan-pelanggan barunya tersebut tidak ingin mengambil risiko membeli beras tanpa ada sampel yang bisa dipegang dan dilihat secara jelas.
“Sebenernya kita diuntungin sekarang ya pasar jadi ramai, kalau per minggu 5 orang ada dari supermarket beli ke pasar, di supermarket udah di-pack, enggak ada sampel,” kata Zahir kepada kumparan, saat ditemui di tokonya di Pasar Rawamangun, Sabtu (19/7).
Zahir menuturkan, pembeli yang mulanya berbelanja di ritel modern akan memilih beras dengan harga rendah. Akan tetapi, setelah itu biasanya akan kembali lagi untuk membeli beras premium meski lebih mahal.
“Karena dia biasa beli di supermarket 5 kg. Dia beli yang jelek dulu (seharga medium Rp 12.500 per kg atau per liter), akhirnya jelek ah, jadi beli yang pandan wangi,” imbuhnya.

Dia menjelaskan saat ini ada beras yang dibanderol seharga beras medium Rp 12.500 namun memiliki kualitas lebih rendah dari beras medium. Selain dari sisi kualitas yang lebih rendah, beras yang dibanderol Rp 12.500 tersebut bukan untuk per kg tetapi per liter.
Sementara untuk beras kualitas medium di tokonya, yaitu saigon dengan broken atau patahan sesuai ketentuan medium dibanderol Rp 15.000 per liter atau Rp 18.000 per kg.
Kemudian untuk beras berkualitas premium adalah pandan wangi yang kini jadi idaman pembeli adalah Rp 17.000 per liter atau Rp 20.000 per kg.
Ramainya pembeli beras pandan wangi membuat Zahir mengaku tidak ada penurunan pembeli meski ada isu beras oplosan. Meskipun Zahir tidak menjelaskan secara rinci keuntungan yang diraupnya dalam hal ini.
Namun dia mencatatkan peningkatan belanja beras medium saigon dan premium pandan wangi dari mulanya 3 karung per hari menjadi 5 karung per hari.
"Orang tuh lebih milih (harga tinggi), ya udah deh beda Rp 1.000-2.000 (per liter) dah nggak apa-apa. Sekarang milih kualitas karena takut oplos tadi, cepet basi," jelasnya.
Senada dengan Zahir, pedagang beras yang lain, Hendi, juga mengakui adanya peningkatan pembeli yang biasanya berbelanja di ritel modern.
“Ada kemarin orang yang biasanya beli di supermarket, sekarang di sini. Ada beberapa sih gak banyak, di minggu ini,” tutur Hendi.
Seorang pembeli, Rosalina mengaku memilih beras di pasar tradisional dan tidak lagi berbelanja di ritel modern adalah karena tidak bisa melihat sampel beras secara jelas.
“Kalau di sana kita beli udah di-pack, di sini ditunjukin, packingan ini (beras kemasan) tuh yang ini (beras yang dijajakan sebelum di packing,” kata Rosalina di Pasar Rawamangun.