
Para ilmuwan Johns Hopkins Medicine menemukan bahwa paparan polusi udara dapat memicu pembentukan gumpalan protein alfa-sinuklein abnormal pada tikus. Gumpalan ini mirip dengan yang ditemukan pada pasien Demensia Lewy Body (DLB), salah satu bentuk gangguan neurodegeneratif.
DLB ditandai dengan penumpukan protein alfa-sinuklein yang membentuk Lewy Body, ciri khas penyakit Parkinson dan DLB. Penelitian yang terbit di Science (4 September) ini memperkuat bukti bahwa faktor lingkungan, khususnya polusi udara, dapat memicu perubahan protein berbahaya di otak.
Data Epidemiologis
Analisis catatan rumah sakit dari 56,5 juta pasien di AS (2000–2014) menunjukkan bahwa setiap peningkatan konsentrasi PM2.5 berkaitan dengan:
- +17% risiko Parkinson
- +12% risiko DLB
PM2.5 berasal dari pembakaran industri, kendaraan, kebakaran hutan, dan aktivitas rumah tangga.
Bukti Eksperimental pada Hewan
Dalam percobaan, tikus yang terpapar PM2.5 selama 10 bulan menunjukkan:
- Atrofi otak
- Kematian sel saraf
- Penurunan fungsi kognitif
Pada tikus dengan mutasi gen Parkinson dini (hA53T), paparan selama lima bulan menghasilkan gumpalan alfa-sinuklein yang luas dan gangguan kognitif. Analisis menunjukkan gumpalan ini berbeda secara struktural dari yang muncul pada penuaan alami.
Polusi Global, Dampak Serupa
Tikus yang terpapar sampel PM2.5 dari Tiongkok, Eropa, dan AS mengalami perubahan otak yang sama. Hal ini mengindikasikan bahwa polusi di berbagai belahan dunia mampu memicu proses neurodegeneratif serupa.
Implikasi
“Dengan mengidentifikasi galur baru Lewy Body akibat polusi, kami berharap dapat mengarahkan pengembangan obat yang menargetkan proses ini,” jelas Xiaobo Mao, peneliti utama.
Kesimpulannya, paparan polusi udara bukan hanya ancaman bagi kesehatan paru-paru, tetapi juga faktor risiko signifikan bagi penyakit otak degeneratif seperti DLB dan Parkinson. (Z-10)