PRESIDEN Prabowo Subianto mengundang para tokoh agama dari berbagai kepercayaan untuk membahas situasi saat ini di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, 1 September 2025.
Tokoh agama Buddha, Bhante Kamsai Sumano, tiba di Istana Kepresidenan sekitar pukul 13.13 WIB. Kamsai tiba bersama tiga perwakilan dari Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI). “Hari ini, siang hari ini kami diundang untuk ketemu sama Bapak Presiden,” kata Kamsai.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Kamsai tidak mengetahui apa yang ingin disampaikan Presiden. Namun ia mengatakan Presiden mengundang semua tokoh agama dari berbagai kepercayaan. “Kami belum tahu. Mungkin langsung, katanya ketemu langsung di dalam saja,” ujarnya.
Menanggapi situasi hari ini, Kamsai berpesan agar semua pihak menjaga kebijaksanaan demi ketenangan dan kebahagiaan bersama.
Akhir pekan kemarin, Prabowo juga mengundang pimpinan 16 ormas Islam ke kediamannya di Hambalang, Sentul, Bogor, Jawa Barat. Mereka membahas kondisi negara di tengah memanasnya demonstrasi di seluruh Indonesia.
Saat menerima pimpinan ormas Islam, Presiden didampingi oleh sejumlah menteri kabinet Merah Putih, Ketua MPR Ahmad Muzani, dan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Muhammad Herindra.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf mengatakan, para pimpinan ormas keagamaan berdialog membahas kondisi negara setelah demonstrasi masif di banyak wilayah. Demonstrasi memanas setelah kendaraan taktis Brimob Polri melindas pengemudi ojek online hingga tewas.
“Kami bersepakat untuk bersama sama bahu-membahu mengatasi keadaan untuk mengajak kemasyarakat supaya lebih tenang,” kata Yahya dalam keterangan video bersama para ketua umum ormas lainnya, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, 30 Agustus 2025.
Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan pertemuan berlangsung selama tiga jam. Dia dan para pimpinan ormas memberi masukan dan pandangan mereka kepada Prabowo.
Haedar mengatakan ormas Islam, yang memiliki sejarah panjang dalam kemerdekaan Republik Indonesia dan pascakemerdekaan, memahami betul bahwa persatuan keutuhan dan masa depan bangsa perlu dijaga.
“Kami memahami demokrasi dan aspirasi, tetapi hendaknya dan kami yakin seluruh rakyat Indonesia dapat memanfaatkan demokrasi itu dengan penuh pertanggungjawaban, mewaspadai tidak terkontaminasi oleh hal-hal yang membawa pada kekerasan dan perbuatan-perbuatan yang meruntuhkan keutuhan dan kesatuan bangsa Indonesia,” kata Haedar.