
Dalam debut penyutradaraannya, Reza Rahadian menegaskan bahwa film Pangku lahir dari refleksi tentang cara menghadapi kerasnya hidup.
Bagi Reza, kesulitan tidak perlu dipoles menjadi romantis atau dijadikan alasan untuk mengasihani diri. Sebaliknya, ia ingin Pangku menjadi perayaan hidup, apa pun kondisinya.
Salah satu adegan favoritnya sederhana: ibu dan anak yang tertidur bersama. Bukan keluhan, melainkan percakapan ringan dan tawa yang menggambarkan bahwa hidup, seberat apa pun, tetap harus dijalani.
“Tantangan tidak perlu dijadikan alat untuk menimbulkan rasa kasihan. Kita harus terus merayakan hidup dengan segala aspeknya,” ujar Reza di Kemang Village (8/9).
Visi ini ia temukan lewat riset lapangan. Ia terpesona oleh orang-orang yang hidup dalam keterbatasan, namun tetap teguh. Saat ditanya soal beratnya hidup, mereka menjawab: “Memang berat, tapi bukan untuk dikasihani. Hidup harus dijalani, Mas.”
Ungkapan sederhana ini menjadi ruh film. Menurut Reza, kalimat “dijalani aja” menyimpan daya tahan luar biasa yang jarang ditemui. Ia ingin penonton merasakannya lewat layar lebar.
Pangku menampilkan Christine Hakim, Reza Chandika, Devano Danendra, dan lainnya. Film ini telah mencuri perhatian di Busan International Film Festival dan Cannes Film Market, menyodorkan perspektif tentang perjuangan hidup yang jujur, tanpa melodrama, penuh empati.