AKADEMISI Rocky Gerung menilai gelombang protes warga Kabupaten Pati, Jawa Tengah, atas kenaikan pajak lebih dari 100 persen berpotensi menular ke daerah lain. Menurut dia, situasi ekonomi yang sulit menjadi pemicu yang sama di berbagai wilayah.
“Pasti dia menular karena apa yang ada di Pati itu paralel dengan di Manado, Medan, Batam, semua daerah. Secara objektif ada kesulitan ekonomi. Gaungnya nasional karena sama-sama merasakan tekanan pajak,” kata Rocky saat ditemui usai acara pertemuan Klub Alumni Universitas Indonesia di Jakarta Selatan pada Kamis malam, 14 Agustus 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Rocky menyebut ekspresi protes di Pati lebih frontal karena dipicu sikap Bupati yang dianggap menantang warga. Ia menyinggung filosofi masyarakat Jawa Tengah yang cenderung “nerimo” atau menerima keadaan, namun bisa berubah menjadi marah bila merasa tidak dilayani. “Dari nerimo berubah jadi ngamuk. Efek berantainya bisa terjadi karena kondisi objektifnya sama di banyak tempat,” ujarnya.
Rocky juga menilai Bupati Pati Sudewo seharusnya mundur setelah didatangi ribuan warga yang memprotes kebijakan pajak. Menurut dia, permintaan maaf saja tidak cukup. “Dari segi etika politik harusnya sudah mundur. Tradisi Korea Selatan mundur, tradisi Jepang mundur. Pemimpin itu bukan dihasilkan hanya secara elektoral, tapi secara moral,” kata dia.
Ia mengkritik budaya malu pejabat di Indonesia yang dinilai lemah. “Dia menang secara elektoral tapi lumpuh secara moral. Maka harusnya dia mundur,” ujar Rocky.
Ketika ditanya soal sejarah pejabat Indonesia yang mundur setelah dikritik publik, Rocky mengaku sulit menemukan contohnya. Ia menilai sifat feodal melekat pada banyak pemimpin, membuat mereka bertahan meski legitimasi moral telah hilang.
“Kritik moral itu penanda pertama bahwa dia kehilangan legitimasi. Kamu bisa bilang, ‘tapi kan saya dipilih’, iya kamu punya legalitas tetapi tidak punya lagi legitimasi. Kepemimpinan tanpa moral reasoning itu buat apa?” kata Rocky.