
Microwave sering jadi andalan untuk menghangatkan makanan dengan cepat. Di kantor, alat ini biasanya tersedia di pantry untuk memudahkan karyawan memanaskan bekal dari rumah. Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa microwave kantor bisa menjadi tempat berkembangnya berbagai jenis bakteri berbahaya.
Penelitian ini dimuat dalam jurnal Frontiers in Microbiology. Mengutip Food & Wine, para peneliti berusaha mengungkap jenis-jenis bakteri yang mungkin tumbuh di dalam microwave serta dampaknya terhadap kebersihan dan keamanan makanan. Mereka juga menyoroti apakah radiasi microwave berpengaruh terhadap bakteri atau justru kebiasaan pengguna dan jenis makanan yang lebih menentukan.
Untuk mendapatkan hasil itu, para peneliti menganalisis 30 microwave yang dipakai di berbagai tempat, mulai dari rumah, ruang bersama seperti kantor, hingga laboratorium. Hasilnya, mereka menemukan adanya 101 jenis bakteri berbeda yang tersebar di semua jenis microwave, seperti Bacillus, Micrococcus, dan Staphylococcus.
Bakteri-bakteri ini umumnya muncul akibat penggunaan microwave, terutama dari sisa makanan atau kontak dengan kulit manusia. Menariknya, peneliti juga menemukan perbedaan pada microwave yang digunakan bersama, seperti di kantor. Microwave jenis ini lebih sering mengandung bakteri tertentu, salah satunya Cyanobacteria.

Bakteri tersebut diketahui dapat menghasilkan toksin atau racun berbahaya yang bisa berdampak pada kesehatan atau memicu penyakit. Namun, risikonya tergantung pada jenis racun yang terpapar serta cara paparannya.
Dr. Darin Detwiler, pakar keamanan pangan dan profesor di Northeastern University yang tidak terlibat dalam studi ini, menjelaskan bahwa memanaskan makanan di microwave bersama, seperti di kantor, berpotensi lebih berisiko dibandingkan dengan microwave pribadi di rumah. Alasannya, kebersihan microwave bersama lebih sulit untuk dikontrol.
“Berbeda dengan di rumah, di mana kamu bisa mengontrol kebersihan peralatan, microwave kantor itu seperti ‘wild west’ dalam urusan keamanan makanan. Ada rekan kerja yang sering lupa hingga orang-orang nekat yang menghangatkan sisa makanan rapat hari Jumat lalu,” jelas Detweiler.
Selain risiko bakteri, Detweiler menjelaskan bahwa alergen juga perlu diperhatikan saat menggunakan microwave bersama di kantor. Jika ada rekan kerja yang menghangatkan makanan pemicu alergi dan tidak membersihkan microwave setelahnya, maka sisa makanan tersebut bisa memicu reaksi pada pengguna berikutnya.

“Kalau rekan kerjamu menghangatkan pasta udang di microwave dan tidak membersihkannya setelah itu, sisa-sisa makanan bisa tertinggal di dalamnya dan memicu reaksi pada orang yang sensitif terhadap alergi,” ungkapnya.
Melihat risiko ini, Detweiler menyarankan untuk menghindari memanaskan makanan di microwave bersama. Sementara itu, penulis studi juga merekomendasikan untuk menggunakan microwave yang dibersihkan secara rutin guna mengurangi risiko kesehatan akibat paparan bakteri.
Setelah tahu temuan ini, apakah kamu masih akan tetap menghangatkan makanan di microwave kantor? atau justru mulai cari alternatif lain?
Reporter Salsha Okta Fairuz