
BOSAN adalah hal yang manusiawi. Rasa bosan juga sangat memungkingkan dirasakan anak-anak. Kalimat “aku bosan” mungkin akan keluar dari mulut anak Anda sesekali.
Namun, kerap kali para orang tua tidak mengetahui bagaimana cara yang tepat untuk meresponsnya. Jadi, apakah tugas Anda adalah mencari solusi atas kebosanan tersebut? Atau membiarkannya justru adalah opsi terbaik demi perkembangan anak? Berikut pendapat para ahli!
Bosan Itu Kadang Baik
Menurut Dr. Ashley Castro, psikolog klinis, waktu luang yang tidak terstruktur justru bisa menjadi ladang kreativitas. Saat anak memiliki ruang untuk membayangkan dan mengeksplorasi tanpa arahan, mereka akan belajar mandiri, percaya diri, dan punya kemampuan memecahkan masalah yang lebih baik.
Begitu pula pendapat Dr. Diane Franz, psikolog anak di Rumah Sakit Anak di New Orleans. “Saya pikir hal itu (rasa bosan) memaksa kita untuk sedikit lebih kreatif dan berpikir melampaui kebutuhan kita saat ini,” ujarnya. Keterampilan itulah yang sangat berharga untuk dipelajari anak-anak.
Selain sebagai kesempatan untuk menumbuhkan kemandirian dalam diri anak, rasa bosan juga dilihat dapat menjadi ruang belajar ketangguhan mental.
“Aku Bosan” Bisa Menjadi Kode Lain
Namun, para orangtua harus tetap berhati-hati. Tidak semua anak yang menyampaikan, “Aku bosan” membutuhkan respons yang sama. Anak-anak bisa menyampaikan itu ketika mereka merasa lapar, sedih, atau hanya butuh perhatian.
Jadi, sebelum buru-buru mengajak mereka bermain, coba perhatikan dan tanyakan suasana hatinya. Barangkali mereka hanya butuh pelukan atau waktu mengobrol.
Karena alasan-alasan itu, Dr. Castro menyarankan orangtua untuk mencari sinyal-sinyal lain dalam perilaku anak mereka. Ajak anak Anda untuk berinteraksi saat mereka menyampaikan kebosanannya, alih-alih menganggapnya sebagai ucapan biasa untuk mendapatkan perhatian.
Cara Menghadapi Kebosanan yang Sesungguhnya
Jika anak Anda benar-benar dilanda kebosanan, jangan langsung memberikannya ponsel atau hiburan instan. Dr. Castro menyarankan untuk memberi mereka ruang untuk duduk tenang, berpikir, dan mencetuskan ide.
Tidak semua anak memahami caranya. Maka dari itu, orang tua dapat membantu mereka dengan sedikit panduan: ajak mereka membuat kreasi proyek seni, bermain di ruang terbuka, atau aktivitas kreatif lainnya. Ingat, biarkan mereka menjalani semuanya atas inisiatis sendiri!
Bagaimana Jika Anak Sudah Lebih Besar?
Jika anak yang lebih besar menunjukkan kebosanan, ini adalah saat yang tepat untuk mengajaknya mengobrol. Mungkin mereka kesal karena tidak ada yang menarik untuk dilakukan. Hal terpenting yang harus dilakukan adalah ajak mereka curhat dan mencari solusi bersama.
Cara Mengubah Kalimat “Aku Bosan”
Dr. Castro menekankan pentingnya pilihan kata. Jika kita sering menyebut kata bosan dengan nada negatif, anak-anak akan menyerap itu sebagai hal yang buruk. Ganti dengan bahasa yang positif, misalnya: “Waktu untuk berkreasi!” atau “Ini waktunya melakukan eksplorasi!”. Tujuannya adalah agar anak belajar bahwa kebosanan bisa menjadi kesempatan yang bagus untuk berefleksi dan bereksperimen. (Parents/Z-2)