JALAN Kramat Kwitang, Jakarta Pusat, tepat di depan Markas Komandi Brigade Mobil atau Mako Brimob Polri, kembali dibuka untuk kendaraan pada Sabtu lalu.
Berdasarkan pantauan Antara pukul 11.22 WIB, arus lalu lintas dari arah Pasar Senen menuju Monas maupun sebaliknya sudah dapat dilalui masyarakat. Sebelumnya, akses jalan tersebut ditutup karena massa aksi masih memadati kawasan Jalan Kwitang Raya.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Meski jalur sudah dibuka, pengendara motor diminta tetap berhati-hati karena masih terdapat puing dan bebatuan di permukaan jalan. Selain itu, sisa gas air mata dari aksi demonstrasi pada malam sebelumnya masih menyengat dan bisa mengganggu pandangan para pengendara.
Sebelumnya, Kericuhan kembali terjadi di depan Mako Brimob Kwitang pada Jumat, 29 Agustus 2025, sekitar pukul 15.00. Polisi melepaskan puluhan tembakan gas air mata ke arah kerumunan hingga massa terpaksa mundur dan membubarkan diri.
Aksi tersebut didominasi oleh pengemudi ojek online (ojol) yang masih diliputi amarah atas meninggalnya rekan mereka, Affan Kurniawan, setelah terlindas kendaraan taktis (rantis) Brimob di kawasan Pejompongan.
Dalam kericuhan itu, massa melemparkan petasan, batu, serta botol air mineral ke arah aparat. Bahkan, beberapa orang nekat memanjat patung polisi di depan Mako Brimob dan menurunkan lambang yang terpasang di gerbang.
Sejarah Kelahiran Brimob
Mengutip laman resmi situs KorBrimob, dijelaskan bahwa Korps Brimob merupakan bagian integral Kepolisian Republik Indonesia atau Polri yang bertugas menangani kasus dengan kadar dan intensitas tinggi.
Sepanjang perjalanannya, Brimob Polri andil dalam lembaran sejarah perjuangan bangsa, baik dalam merebut kemerdekaan maupun melawan pemberontak di masa-masa awal berdirinya Republik Indonesia. Korps Brimob Polri juga tidak terlepas dari tugas Polri dalam menjaga keamanan dan ketertiban dalam negeri.
Brigade Mobile (Brimob) Polri memiliki sejarah panjang sejak masa pendudukan Jepang pada 1943–1944, ketika dibentuk pasukan Tokubetsu Keisatsu Tai yang beranggotakan polisi muda dengan pelatihan militer.
Setelah Indonesia merdeka, satuan ini bertransformasi menjadi Polisi Istimewa di bawah pimpinan Inspektur Polisi Mohammad Jasin dan ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan. Pada 14 November 1946, Polisi Istimewa resmi dilebur menjadi Mobile Brigade (Mobrig), yang kemudian melahirkan pasukan khusus Ranger atau Pelopor untuk menghadapi berbagai pemberontakan.
Perjalanan panjang itu mencapai tonggak penting pada 14 November 1961, saat Presiden Sukarno meresmikan perubahan nama Mobrig menjadi Brigade Mobile (Brimob) dan menganugerahkan Pataka “Nugraha Cakanti Yana Utama” sebagai penghargaan atas pengabdian kesatuan elite kepolisian ini.
Tugas dan Peran Brimob
Brimob memiliki peran utama dalam membina serta mengarahkan kekuatan untuk menghadapi berbagai ancaman terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) yang berskala tinggi. Satuan ini juga menangani sejumlah tugas strategis di lingkungan Polri guna menjaga stabilitas keamanan dalam negeri.
Sebagai bagian dari tanggung jawabnya, Brimob dituntut mampu menciptakan kondisi nasional yang aman dan kondusif. Hal ini sejalan dengan Nawacita Presiden Republik Indonesia, yang menekankan pentingnya perlindungan bagi seluruh rakyat serta jaminan rasa aman bagi setiap warga negara.
Dalam struktur organisasi kepolisian, Brimob berfungsi memberikan dukungan taktis maupun teknis bagi satuan kewilayahan, sekaligus melaksanakan, membantu, melindungi, melengkapi, dan memperkuat pelaksanaan berbagai fungsi teknis kepolisian di Indonesia.