KOMUNITAS diaspora Indonesia di Bonn, Jerman, menggelar doa bersama sebagai aksi solidaritas untuk dinamika di Tanah Air. Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Bonn yang menjadi elemen komunitas pun mengumumkan agenda itu di media sosialnya.
“Kami berharap kehadiran teman-teman sekalian. Silakan membawa lilin tanda berduka juga poster untuk menyampaikan aspirasi dan keluh kesah,” seperti dikutip dari unggahan Instagram @ppibonn pada Kamis, 4 September 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Seruan doa bersama itu dijadwalkan berlangsung di taman Hofgarten Bonn, pada pukul 18.00-20.00 Central European Summer Time (CEST) atau waktu setempat. Doa bersama ini dihelat dalam rangka menyikapi brutalitas aparat keamanan dalam menghadapi gelombang demonstrasi di Indonesia sejak 25-30 Agustus 2025.
“Menyikapi aksi tuntutan perubahan kebijakan di Indonesia yang direspons secara represif oleh aparatur di pelbagai wilayah akhir-akhir ini,” ujar komunitas diaspora itu menerangkan tujuan aksinya.
Di belahan sisi lain.diaspora di Australia juga menunjukkan dukungan dengan mengadakan aksi di dua titik berbeda pada hari ini. Diaspora di Canberra menuntut pemerintah Indonesia untuk menghentikan kebrutalan aparat keamanan terhadap demonstrans. “Keadilan tidak akan datang dengan diam. Kita harus berdiri, bersuara dan bergerak bersama,” tulis akun Instagram @canbergerak pada Rabu, 3 September 2025.
Aksi yang bertajuk Canberra Bergerak ini akan digelar di Australian National University Fellows Oval pada pukul 16.00 Australian Eastern Standard Time (AEST) atau waktu setempat. Bagi yang berminat untuk bergabung dianjurkan untuk mengenakan baju warna hitam dan membawa poster.
Peserta aksi juga diimbau untuk mendaftarkan diri di bit.ly/AksiSolidaritasCbr. Ajakan turun ke jalan itu juga disertai dengan tagar #StopStateViolance #MenolakLupa dan #ResetIndonesia.
Hari ini aksi serupa juga akan digelar di Kota Brisbane, Australia,oleh sejumlah mahasiswa dan diaspora. Mereka akan menyuarakan aspirasi di Grassy Knol dimulai pukul 10.00 AEST. Aksi itu dinamakan sebagai Brisbane Bergerak.
Berdasarkan unggahan di akun Instagram @brisbanebergerak, mereka menuntut sembilan hal kepada pemerintah. Pertama, mereka mendesak aparat untuk menghentikan represivitas kepada semua orang, kedua menginvestasi secara menyeluruh kekerasan yang dilakukan aparat terhadap demonstran pada 28-30 Agustus di Indonesia, membebaskan peserta unjuk rasa yang ditahan, mereformasi total Dewan Perwakilan Rakyat.
Selanjutnya, mereka juga menuntut pemberantasan korupsi lembaga publik sejalan dengan pengesahan Rancangan Undang-Undang Perampasan Aset, menyediakan kesempatan kerja yang adil serta aman, menghilangkan praktik diskriminasi dan membebaskan biaya dalam pendidikan, dan menguatkan mekanisme pencegahan sekaligus penanganan kekerasan seksual.
Di Tanah Air, rangkaian demonstrasi juga masih berlanjut hingga hari ini dengan tuntutan serupa. Gelombang protes ini mulanya terus dihelat pada Senin, 25 Agustus pekan lalu. Kala itu, demonstran menuntut pembatalan tunjangan fantastis anggota dewan yang dinilai tak sejalan dengan kondisi masyarakat yang sedang kesulitan ekonomi.
Eskalasi demonstrasi kian membesar manakala kendaraan taktis milik Korps Brigade Mobil Polri melindas pengemudi ojek online bernama Affan Kurniawan pada Kamis, 28 Agustus 2025. Pada Ahad, 31 Agustus lalu, Prabowo setelah bertemu dengan para ketua umum partai dan pimpinan lembaga legislatif memutuskan untuk mencabut tunjangan perumahan bagi anggota dewan dan memoratorium kunjungan kerja ke luar negeri.