
PERTUNJUKAN drama musikal “Perempuan Punya Cerita” yang diproduksi oleh EKI Dance Company tak hanya sekadar hiburan, melainkan sebuah cermin atas realitas sosial yang dialami perempuan Indonesia.
Melalui dua kisah kontras namun saling terkait, musikal ini menyoroti isu-isu mendalam, mulai dari perundungan di sekolah hingga tekanan hidup seorang ibu tunggal.
Perjuangan Akting dan Chemistry di Panggung
Nala Amrytha, Produser sekaligus yang memerankan Anya, seorang siswi SMA yang menjadi korban perundungan dan seorang teteh teteh Sunda mengungkapkan tantangan terbesarnya.
Karakter Anya yang kompleks, dari seorang siswi biasa hingga berubah menjadi “hantu” dan bahkan sosok “teteh-teteh Sunda”, menuntutnya untuk melakukan transisi emosi yang cepat dalam waktu 20 menit.
“Itu cukup challenging karena dalam waktu 20 menit harus switch karakter. Harus risetnya benar-benar lihat anak-anak SMA, bukan dari film, karena kami ingin menampilkan realitas yang sesungguhnya,” ungkap Nala di TIM (3/9).
Meskipun harus membangun karakter yang kompleks, Nala merasa diuntungkan dengan chemistry yang kuat bersama lawan mainnya, Gerry Gerardo. “Aku dan Gerry sudah temenan lama, jadi tidak terlalu sulit. Aku sudah mengerti pilihan akting yang akan dia ambil,” lanjut Nala.
Gerry Gerardo menambahkan bahwa prosesnya sangat bergantung pada diskusi intensif dengan sutradara Ara Ajisiwi. "Aku lebih banyak bermain dengan diskusi sama Ara. Aku juga melakukan riset, terutama untuk karakter Bobby sebelum perubahannya," kata Gerry.
Topik Perundungan yang Tak Pernah Usai
Musikal ini kembali mengangkat tema perundungan karena isu tersebut masih terus terjadi. Nala menjelaskan, pementasan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
“Kami ingin meningkatkan awareness orang-orang bahwa masalah-masalah ini masih ada di sekolah-sekolah, supaya bisa segera diatasi,” kata Nala. "Bahkan dari penonton FMI 2023, banyak yang bilang ‘Itu kejadian banget di sekolahku dulu’."
Dua cerita yang berbeda, yakni kisah Jami (ibu tunggal) dan Anya (siswi SMA), sengaja digabungkan untuk menunjukkan satu benang merah.
Menurut Nala, kedua perempuan ini sama-sama menghadapi "perundungan" dari lingkungan mereka, meski dalam bentuk yang berbeda. “Kita ingin menunjukkan bahwa di semua lingkungan, perempuan seringkali tidak bisa menyuarakan apa yang mereka inginkan,” tegas Nala.
Produksi Penuh Perubahan dan Ambisi
Musikal “Perempuan Punya Cerita” kali ini membawa banyak perubahan signifikan dari versi yang dipentaskan di Festival Musikal Indonesia (FMI) 2023 dan 2024. Khusus untuk cerita Bangku Kosong yang menampilkan Nala dan Gerry, banyak lagu dan tarian baru yang ditambahkan, serta penyesuaian pada karakter untuk membuatnya lebih realistis.
“Ada banyak lagu baru dan karakternya Anya dan Bobby pun agak berbeda, lebih real seperti anak-anak SMA,” kata Nala.
Gerry pun mengajak masyarakat untuk datang menonton. “Isu ini penting. Kadang kita tahu ada situasi itu, tapi kita takut speak up atau tidak mau bersikap,” ujarnya.
Ia berharap, penonton dapat menemukan bayangan diri mereka atau orang terdekatnya dalam kisah Jami dan Anya.
Ini adalah produksi musikal kedua EKI Dance Company tahun ini, menyusul kesuksesan Musikal Lutung Kasarung yang tiketnya terjual habis satu bulan sebelum pementasan.
Sebagai informasi tambahan, musikal ini menjadi yang pertama bagi EKI Dance Company menggunakan musik live dengan ensemble, berkat inisiatif vocal director Gabriel Harvianto. Pertunjukan ini diberi rating Parental Guidance atau pendampingan orang tua.