Liputan6.com, Jakarta - Komedian Mpok Alpa meninggal dunia pada Sabtu, 16 Agustus 2025, setelah berjuang melawan kanker payudara. Kepergian sosok ceria yang kerap menghadirkan tawa ini mengejutkan publik sekaligus memicu rasa kehilangan mendalam di hati keluarga, sahabat, hingga para penggemarnya.
Di tengah kabar duka, beredar sebuah foto tulisan tangan yang diklaim sebagai surat wasiat Mpok Alpa. Surat itu berisi ucapan perpisahan, permohonan maaf, hingga pesan emosional kepada keluarga, sahabat, penonton, serta rekan sesama artis. Tak heran jika surat tersebut viral dan menjadi bahan perbincangan warganet.
Assalamualaikum wr.wb.
1. Untuk keluarga sahabat dan penonton yg aku cintai.
Kalau aku nanti gak ada jangan nangis lama lama.
Hidup harus jalan terus. Aku cuma mau diingat sebagai orang yg suka bikin ketawa bukan bikin susah.
Aku titip anak-anak, jangan sampai mereka merasa kehilangan kasih sayang.
Aku juga minta maaf kalau selama ini ada salah, baik di pekerjaan maupun di pertemanan.
2. Buat teman-teman artis jangan pernah capek bikin karya yang menghibur.
Kita ini hidup cuma sebentar, jadi gunakan kesempatan untuk bikin orang lain tersenyum.
Jangan ribut ribut soal popularitas, uang atau rating. Semua itu gak ada artinya kalau kita lupa sama keluarga dan sahabat.
Terimakasih
Assalamu Alaikum Warah Matullah W.B
Namun, sang suami, Aji Darmaji, menegaskan bahwa pesan terakhir Mpok Alpa sebenarnya jauh lebih sederhana. Bukan soal popularitas atau sesama artis, melainkan hanya fokus pada masa depan anak-anak mereka.
"Wasiatnya pas mau malamnya itu, pas meninggal, cuma gitu, 'Pah, anak,' kayak gitu. 'Anak, sekolahin yang tinggi, makannya jangan sampai, susunya jangan sampai kurang, makanannya juga makanan, makanannya juga harus kenyang'," kata Aji Darmaji di kediamannya, kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan pada Senin, 18 Agustus 2025.
Faktor Genetik dalam Kanker Payudara
Aji juga mengungkapkan bahwa kanker yang diderita istrinya kemungkinan besar dipengaruhi faktor genetik. "Oh iya jadi Almarhumah ini divonis genetik dari ibunya, keponakan juga sama empat kali operasi kayak gitu gak aktif," ujarnya.
Pernyataan itu sejalan dengan penjelasan medis. Dokter spesialis bedah, Aseanne Femelia Ramodora, menegaskan bahwa riwayat keluarga memang bisa meningkatkan risiko seorang perempuan terkena kanker payudara.
"Misalnya kalau ibu atau anak atau adik yang merupakan lini pertama keluarga kena kanker payudara, maka berpotensi 2-3 kali lebih besar mengalami kondisi itu," ujarnya dalam sebuah diskusi yang ditayangkan di YouTube EMC.
Dengan kata lain, perempuan dengan riwayat keluarga penderita kanker payudara sebaiknya lebih waspada dan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan.
Kenangan Mpok Alpa yang Membekas
Bagi Aji, kehilangan sang istri masih terasa begitu berat. Dia mengaku belum sanggup kembali ke kamar tidur yang selama ini mereka tempati bersama.
"Masih seperti biasa. Sampai saat ini, saya belum masuk kamar. Saya belum ke rumah yang di sana. Karena ingatan saya tuh, aduh, sangat ini gitu, lemes kalau inget itu gitu, kan," katanya lirih.
Selain itu, Aji juga mengenang rutinitas kecil Mpok Alpa setiap pagi sebelum berangkat bekerja.
"Yang dikangenin, saat dia mau berangkat tuh. Karena kan kalau pagi tuh dia berangkat duluan Mpok ketimbang saya. Bangunin, 'Papa'. Nasi goreng udah sama bikinin di atasnya apa, 'Mah, jalannya', cium tangan, begitu doang tuh," kenangnya penuh haru.
Pesan Kehidupan dari Mpok Alpa
Meski sosoknya telah tiada, pesan terakhir Mpok Alpa menyimpan makna mendalam. Dia ingin anak-anaknya tetap mendapatkan pendidikan terbaik, makanan yang cukup, serta kasih sayang penuh dari keluarga.
Pesan ini juga menjadi pengingat penting bagi banyak orang bahwa popularitas, uang, atau rating tidak ada artinya bila keluarga terabaikan.
Seperti yang tertulis dalam surat yang sempat beredar,"Kita ini hidup cuma sebentar, jadi gunakan kesempatan untuk bikin orang lain tersenyum. Jangan ribut-ribut soal popularitas, uang, atau rating. Semua itu gak ada artinya kalau kita lupa sama keluarga dan sahabat."