
PARA korban kejahatan seksual Jeffrey Epstein menyampaikan kesaksian emosional di depan Gedung Capitol, Washington DC, Rabu (4/9). Mereka mendesak pemerintah dan anggota Kongres agar membuka lebih banyak berkas terkait kasus sang terpidana pelaku pelecehan seksual tersebut.
Salah satu penyintas, Lisa Phillips, mengatakan kelompok korban kini mulai menyusun daftar rahasia berisi nama-nama orang dekat Epstein yang diduga terlibat dalam lingkaran pelecehan. “Daftar ini akan dikompilasi secara rahasia oleh para penyintas, untuk para penyintas,” ujarnya.
Dalam konferensi pers berdurasi dua jam, sembilan perempuan korban Epstein menceritakan pengalaman pahit mereka. Phillips menegaskan, banyak korban takut menyebut nama pelaku secara terbuka karena khawatir mendapat balasan atau digugat. “Tidak ada yang melindungi kami sejak awal,” tambah kuasa hukum para korban.
Marina Lacerda, yang untuk pertama kalinya bicara di depan publik, mengaku bekerja untuk Epstein sejak usia 14 hingga 17 tahun, sebelum dianggap “terlalu tua.” Ia menuturkan bagaimana dirinya dan puluhan gadis lain dipaksa masuk ke kediaman Epstein di New York. “Awalnya saya pikir bisa mendapat pekerjaan dengan bayaran US$300, tapi ternyata berubah menjadi mimpi buruk,” katanya dengan suara bergetar.
Tidak Ada Tindakan Tegas
Kesaksian lain datang dari Annie Farmer, 46, yang mengaku dibawa ke New Mexico saat berusia 16 tahun untuk akhir pekan bersama Epstein. Meski kakaknya melaporkan pelecehan itu, tidak ada tindakan tegas dari pihak berwenang.
“Kami masih tidak tahu mengapa laporan itu tidak pernah ditindaklanjuti, sehingga Epstein dan kroninya terus merusak ratusan bahkan ribuan gadis lain,” tegasnya.
Sementara itu, korban lain Chauntae Davies menyebut Epstein kerap membanggakan kedekatannya dengan Donald Trump. “Dia selalu menyebut Trump sebagai sahabatnya, bahkan memajang foto mereka berdua di meja kerjanya,” ungkap Davies. (BBC/Z-2)