
Pesta rakyat yang digelar untuk memeriahkan pernikahan Wakil Bupati Garut L. Putri Karlina dan anak Gubernur Jawa Barat, Maula Akbar Putra Mulyadi berujung maut. Tiga orang tewas saat mengantre makan gratis dalam acara yang digelar di alun-alun Pendopo Garut, Jawa Barat, pada Jumat (18/7) itu.
Kegiatan makan gratis merupakan acara pembuka yang makanannya berasal dari 25 kabupaten/kota dan digelar di sekitaran Pendopo dan Babancong Garut. Berdasarkan perencanaannya, kegiatan tersebut tadinya akan digelar mulai pukul 13.00 WIB hingga 17.00 WIB. Lalu akan dilanjutkan dengan panggung hiburan.
Namun, acara yang seharusnya penuh kegembiraan, berjalan ricuh. Warga yang datang untuk menikmati makan gratis berdesakan hingga ada yang jatuh dan pingsan.
Kapolres Garut AKBP Yugi Bayu Hendarto mengungkapkan terdapat 400 personel gabungan yang dikerahkan untuk mengamankan acara tersebut. Koordinasi dengan pihak event organizer juga dilakukan untuk mengetahui skema makan gratis tersebut.
"Kami tadi sudah melaksanakan apel jam 10 kami gabungan dari TNI, dari Polri dari Dishub, Satpol PP, dan Brimob juga ada. Jadi setelah kami melaksanakan apel, kami langsung tempatkan personel di titik titik seperti itu. Ini tadi gabungan 400 personel," kata Yugi, Jumat (18/7).
Namun, kericuhan tetap terjadi hingga berujung maut. Satu dari tiga orang yang meninggal dunia ialah anggota Polres Garut, Brigadir Cecep Saeful Bahri (39 tahun), anggota Polres Garut.
Yugi bilang, Cecep meninggal dunia usai mengevakuasi warga yang pingsan di tengah kerumunan. Namun kondisi Cecep juga menurus hingga ia mengalami pingsan.
"Jadi beliau berusaha untuk mengevakuasi, memasukkan korban ke arah mobil ambulans, tadi beliau juga ternyata pingsan dan kemudian dibawa ke rumah sakit tapi sudah meninggal," kata Yugi.
Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Rudi Setiawan mengatakan pihaknya tengah mengusulkan untuk kenaikan pangkat Cecep. Sebab ia gugur dalam bertugas.
"Kami sudah berkoordinasi dengan Mabes Polri ya, untuk mengajukan supaya almarhum anggota kami itu memperoleh kenaikan pangkat untuk tingkat lebih tinggi," kata Rudi di Polres Garut, Jumat (18/7) malam.

Adapun dua orang korban meninggal dunia dalam pesta rakyat tersebut ialah warga. Pertama Vania Aprilia (8 tahun), warga Kelurahan Sukamentri, Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kedua, Dewi Jubaedah (61 tahun), warga ber-KTP Jalan Lontar II, Koja, Jakarta Utara.
Ibu Vania, Mela, mengatakan saat kejadian itu dia sedang berdagang. Dia tak mengetahui anaknya ikut mengantre dalam kegiatan tersebut.
"Saya lagi jualan, anak saya enggak tahu posisinya ngantre soalnya kan biasanya main sama yang di sananya juga sama anak pedagang, banyak orang," kata Mela di RSUD Slamet, Garut.
Mela kaget setelah menerima telepon anaknya sudah ada di dalam mobil ambulans.
"[Jenazah] Sudah dingin, udah bengkak, posisisnya di sini sudah meninggal. Pas kejadian lepas dari pengawasan karena ngantre, anaknya lagi main juga sama anak lainnya, saya nggak tahu, ikut ngantre," ujarnya tak bisa menahan sedih.
Kesaksian Warga

Neulis, salah seorang saksi di lokasi kejadian mengatakan, saat berburu makan gratis memang jumlah warga sangat membeludak. Kondisi tersebut menyebabkan warga saling berdesakan hingga banyak warga yang pingsan.
"Banyak yang pingsan. Saya cuman nolongin aja dari anak-anak yang kejepit itu," kata Neulis saat ditemui wartawan di RSUD dr Slamet Garut.
Ia menjelaskan, lokasi kejadian berada di jalan Kabupaten, wilayah Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pada saat kejadian, gerbang menuju area pendopo dibuka sedikit sehingga membuat warga makin berdesakan.
Menurut Neulis, warga memang sudah banyak berkumpul di sekitar Pendopo Garut, bahkan ada yang sudah datang sejak pukul 08.00 WIB.
"Mungkin mau ngantre makanan, soalnya banyak seliweran di TikTok dan di mana-mana da udah diumumin da katanya 5 ribu porsi. (Ini) acara nikahannya ibu Wakil Bupati sama anaknya Pak Gubernur (Jawa Barat)," katanya.
Pada saat kejadian, menurut Neulis, memang cukup banyak petugas yang berjaga dari anggota kepolisian, hingga Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).
"Cuma kan beribu oranglah ya (yang datangnya), istilahnya enggak mungkin ketahan," ungkapnya.
Neulis sendiri mengaku bisa selamat karena berada di pinggir, tidak di tengah-tengah kerumunan.
Penyebab Korban Tewas

Dalam peristiwa ini terdapat 26 orang korban, termasuk 3 orang tewas. Bupati Garut, Abdusy Syakur Amin, mengungkap penyebab jatuhnya korban.
"Informasi yang kami terima itu mereka kekurangan oksigen karena berdesak-desakan, ada anak kecil juga ibu-ibu yang umurnya 61 tahun," kata Syakur, Jumat (18/7).
Menurut Syakur, antusiasme masyarakat sangat tinggi untuk mengikuti acara itu. Pihaknya sendiri tak menyangka kunjungan masyarakat membeludak.
"Ini sebenarnya antusiasme masyarakat terkait dengan acara ini, masyarakat ingin bersama sama bergembira. Masyarakat banyak sekali hadir kesini dan tadi diluar dugaan kita, yang mestinya jam 1 tapi karena jumatan beberapa masyarakat langsung ke lokasi," jelasnya.
Polisi Selidiki

Kapolda Jawa Barat Irjen Rudi Setiawan mengungkap pihaknya akan menyelidiki insiden ini. Ia mengatakan, penyelidikan ini untuk mencari ada atau tidaknya unsur kelalaian saat insiden.
"Tentunya yang sebagaimana saya sampaikan tadi ya karena tadi ada orang yang meninggal, ada peristiwa yang menimbulkan gangguan secara teknis, polisi akan melakukan penyelidikan mengungkap apakah ada unsur kelalaian atau tidak dan nanti siapa yang paling bertanggung jawab terhadap peristiwa ini," kata Rudi di Polres Garut, Jumat (18/7) malam.
Rudi mengeklaim, ...