
PARA ilmuwan telah berhasil memetakan bagaimana ovarium primata mengembangkan pasokan sel telur seumur hidupnya, yang dikenal sebagai cadangan ovarium.
Penelitian ini mengisi kekosongan penting dalam dunia biologi reproduksi dan diharapkan dapat membantu pemahaman serta pengobatan penyakit seperti Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS).
"Peta ini mengisi beberapa kekosongan di area yang sangat penting dalam biologi yang belum diketahui," kata rekan penulis studi, Amander Clark, seorang ahli biologi perkembangan di UCLA.
Mekanisme Misterius di Balik Perkembangan Ovarium
Ovarium adalah organ reproduksi wanita yang memegang dua peranan penting: memproduksi sel telur dan hormon seks. Perkembangannya dimulai sejak embrio berusia sekitar enam minggu.
Di awal, sel bakal telur (germinal) membelah dan membentuk sarang. Saat sarang ini pecah, tiap sel telur dilepaskan lalu diselimuti oleh sel khusus bernama sel pregranulosa.
Kombinasi antara sel telur dan sel pregranulosa ini membentuk folikel primordial, yang merupakan komponen utama dari cadangan ovarium. Folikel primordial mulai terbentuk sekitar 20 minggu setelah pembuahan.
Fungsi folikel ini sangat vital, karena mereka memastikan ovarium dapat menjalankan tugasnya, yaitu memproduksi sel telur matang dan melepaskan hormon.
Banyak masalah kesehatan reproduksi, termasuk infertilitas dan PCOS, berakar dari disfungsi folikel primordial. Namun, proses pembentukannya selama kehamilan masih sangat kurang dipahami. "Di situlah penelitian ini berperan," ujar Clark.
Membuat Peta Perkembangan pada Primata
Dalam penelitian yang dimuat di jurnal Nature Communications, ilmuwan dari UCLA menggunakan monyet sebagai model studi karena fisiologinya sangat menyerupai manusia. Mereka memanen embrio dan janin monyet pada berbagai tahap perkembangan untuk menganalisis komposisi seluler ovarium.
Hasil penelitian ini mengungkapkan temuan yang mengejutkan. Mereka menemukan bahwa sel pregranulosa terbentuk dalam dua gelombang. Folikel primordial baru terbentuk pada gelombang kedua, yaitu antara hari ke-41 dan ke-52 setelah pembuahan.
Tim peneliti juga mengidentifikasi dua gen spesifik yang aktif sebelum gelombang kedua ini. Dengan mempelajari lebih lanjut fungsi gen-gen ini, para ilmuwan berharap dapat menemukan akar penyebab masalah cadangan ovarium.
Clark juga mengatakan timnya sangat terkejut menemukan bahwa "sebelum lahir, ovarium menjalani putaran latihan folikulogenesis," yang berarti beberapa folikel di bagian tengah ovarium sudah matang dan dapat memproduksi hormon. Para peneliti menyarankan bahwa hal ini bisa jadi memberikan wawasan penting tentang penyebab PCOS.
Namun, para ahli mengakui bahwa diperlukan data yang lebih detail dan pada lebih banyak titik waktu untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap.
Luz Garcia-Alonso, ahli biologi komputasional di Wellcome Sanger Institute yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menyampaikan bahwa tahap penentuan garis keturunan sel sangat dinamis dan komposisi sel berubah dalam hitungan hari.
Meski begitu, temuan ini telah membuka jalan bagi penelitian lanjutan. Penelitian tersebut berpotensi membawa perubahan besar dalam pemahaman kita tentang kesehatan reproduksi perempuan. ( Livescience/Z-2)