Sebagai upaya menyediakan solusi dekarbonisasi bagi mitra bisnisnya, PT Pertamina Patra Niaga membuka peluang bisnis perdagangan karbon dengan perusahaan dalam negeri maupun internasional. Salah satunya untuk konsumen di bisnis penerbangan, dengan memfasilitasi maskapai nasional Garuda Indonesia, dalam melakukan pembelian Sertifikat Penurunan Emisi (SPE).
REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK — PBB mendesak negara-negara untuk menyerahkan target pemangkasan emisi yang lebih ambisius bulan ini. Desakan diarahkan terutama kepada perekonomian besar seperti Cina dan Uni Eropa menjelang Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP30) di Belem, Brasil, November mendatang.
Rencana aksi iklim atau Nationally Determined Contributions (NDC) seharusnya sudah diperbarui sesuai Perjanjian Paris 2015. Namun sebagian besar negara masih abai.
NDC terbaru akan menjadi dasar komitmen negara-negara untuk memangkas emisi hingga 2035, sekaligus diuji apakah dunia masih di jalur menjaga pemanasan global di bawah 1,5 derajat Celsius.
Dalam surat kepada lebih dari 200 negara, Kepala Iklim PBB Simon Stiell menyebut NDC sebagai “landasan manusia dalam menghadapi krisis iklim global”. Ia menegaskan rencana iklim nasional tidak hanya soal emisi, tetapi juga motor pertumbuhan ekonomi dan peningkatan standar hidup.
Cina, penghasil emisi terbesar dunia, berjanji memperbarui target iklim pada musim semi ini. Sementara Uni Eropa justru terbelah, Prancis dan Polandia mendorong penundaan target iklim 2040 yang menjadi pijakan target 2035.
PBB menilai respons negara-negara pada bulan ini akan menjadi ukuran sejauh mana komitmen mereka. Hal itu penting di tengah kenyataan bahwa Amerika Serikat yang merupakan ekonomi terbesar dunia sekaligus pencemar terbesar sepanjang sejarah, masih enggan sepenuhnya terlibat.
Dari Jakarta, Wakil Menteri Lingkungan Hidup Diaz Hendropriyono menegaskan Indonesia akan menyerahkan Second NDC sebelum delegasi berangkat ke Brasil. “Komitmen ini bagian dari upaya kita menjaga kredibilitas dan keseriusan dalam perundingan iklim global,” kata Diaz dalam rapat persiapan COP30, 27 Agustus lalu.
Catatan ilmiah semakin menguatkan urgensi tersebut. Tahun lalu tercatat sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah, dengan 10 tahun terakhir menjadi dekade terpanas. Dampaknya makin terasa, yaitu terjadinya badai besar, kebakaran hutan, hingga gelombang panas yang melanda berbagai benua.
sumber : Reuters