Liputan6.com, Jakarta Mungkin adakalanya kamu pernah merasa menyesal setelah pertemuan dengan keluarga ataupun teman, “Apakah aku terlalu oversharing?” kerap muncul. Akhirnya, pertanyaan tersebut malah menjadi beban pikiran sendiri.
Bercerita pada orang lain bisa membuat hati terasa lebih lega, apalagi memiliki teman atau keluarga yang mau mendengarkan cerita tentunya adalah sebuah keberuntungan.
Namun, adakalanya ketika bercerita, batasan tidak terlihat terkadang terlewat, sehingga tanpa sadar informasi yang seharusnya tidak dibagikan, malah keluar begitu saja tanpa sadar.
Fenomena tersebut kita kenal sebagai oversharing. Memang wajar, seorang manusia berkomunikasi dengan manusia lainnya sebagai makhluk sosial. Namun, jika oversharing, terus dilakukan juga bisa membawa dampak negatif, seperti dicap sebagai orang yang tidak mampu menjaga rahasia.
Masalahnya, karena batas bercerita itu tidak terlihat, ini kerap membuat kebingungan terkait apakah hal yang diceritakan “normal” atau malah oversharing.
Untuk menjawab hal tersebut, Dr. Jenny Shields, seorang psikolog di Texas mengungkapkan 7 ciri-ciri oversharing, sebagaimana dilansir dari Parade.
1. Selalu Merasa Ingin Mengisi Keheningan
Saat keheningan terjadi di tengah obrolan, seringkali muncul perasaan untuk harus terus berbicara agar suasana obrolan tidak canggung. Niat ini sebenarnya baik, sepert ingin menjaga energi percakapan tetap hidup.
Namun, Shields mengingatkan, kebiasaan ingin selalu mengisi keheningan justru merupakan tanda kamu seseorang yang oversharing.
Menurutnya, obrolan yang ideal adalah yang mengalir, memberi ruang bagi kedua pihak untung saling berbicara, yang Shields ibaratkan dengan bermain tenis.
2. Sering Menyesali Apa yang Telah Dikatakan
Tidak semua orang sadar bahwa dirinya cenderung oversharing. Menurut Shields, terdapat tanda halus yang merupakan peringatan, salah satunya adalah munculnya perasaan menyesal setelah sadar terlalu banyak membuka hal pribadi.
“Itu adalah momen penyesalan ketika Anda menyadari bahwa Anda telah berbagi cerita yang masih telalu mentah atau pribadi untuk situasi tersebut, membuat Anda merasa terlalu terbuka,” ujar Shields.
3. Orang Sering Tidak Membalas Chat Kamu
Jika situasi ini terjadi berkali-kali, ini bukan karena seseorang terlalu sibuk untuk membalas. Mungkin juga ini karena mereka bingung untuk memberikan respons seperti apa, mereka mungkin kewalahan setelah mengetahui terlalu banyak informasi dari lawan bicaranya.
“Saat sedang mengalami sesuatu, wajar jika Anda menghubungi teman terpercaya, dan pesan teks bisa terasa seperti cara tercepat untuk mencurahkan isi hati,” jelas Shileds.
“Namun, mengiirm pesan teks beberapa paragraf tentang topik yang berat itu seperti mengirim email berisi lampiran 50 halaman kepada teman padahal mereka mengharapkan balasan singkat” tambahnya.
4. Sering Memposting Konten Emosional
Menurut Shields, membagikan emosi mentah ke sosial media seperti menulis catatan harian paling pribadi di papan pengumuman yang bisa dibaca oleh semua orang, ini merupakan tanda oversharing.
“Ini mungkin dorongan umum Anda, tetapi ini mengekspos perasaan pribadi Anda kepada beragam audiens yang terdiri dari teman dekat, rekan kerja, dan teman sekelas lama,” kata Shields.
5. Sering Ragu, Tetapi Tetap Lanjut
Jika “Apakah aku terlalu oversharing” sering muncul di pikiran, ini bisa menjadi tanda oversharing. Shields menggambarkan ini sebagai lampu peringatan yang tidak boleh diabaikan.
“Ketika bertanya, 'Apakah saya oversharing', menunjukkan bahwa Anda adalah orang yang perhatian dan mencoba untuk memeriksa. Bagian yang sulit adalah ketika Anda menanyakannya tanpa berhenti sejenak untuk mendapatkan jawaban yang sebenarnya, mengubah pertanyaan yang bagus menjadi sekadar penghambat sementara Anda terus bercerita, menunjukkan bahwa anda oversharing,” jelasnya.
6. Sering Mendapatkan Respona Anggukan atau Sekadar Kata “Wow”
Mendapatkan jawaban singkat seperti “wow” atau “wah gila juga” saat sedang bercerita panjang lebar bisa menjadi tanda oversharing.
Menurut Shiled, ini bukan berarti lawan bicara tidak peduli. Bisa saja kapasitas mereka untuk mendengarkan sudah menipis karena informasi yang mereka terima terlalu banyak. Jadi, mereka telah masuk ke mode hemat energi.
7. Memiliki Riwayat Hubungan Singkat
Hubungan yang cepat kandas, baik dengan teman maupun pasangan, bisa jadi bukan hanya soal ketidakcocokan. Menurut Shields, kebiasaan terlalu banyak bercerita juga bisa menjadi penyebabnya.
Membuka diri memang penting, tapi jika dilakukan secara berlebihan di awal, justru bisa membuat ikatan sulit berkembang secara alami.
“Ketika seseorang memiliki kebiasaan berbagi ‘catatan’ terbesar dan terberat mereka, atau kerentanan terdalam mereka dengan seseorang yang baru mereka temui–ketika persahabatan atau hubungan masih baru–sebelum ada landasan yang kokoh yang dibangun dari waktu dan kepercayaan bersama, itu dapat menyebabkan hubungan tersebut padam dengan cepat,” jelas Shields.