Liputan6.com, Jakarta Idealnya, manusia bernapas lewat hidung karena di bagian tersebut udara difilter, dilembapkan, dan dihangatkan sebelum masuk ke paru-paru. Sayangnya, banyak anak maupun orang dewasa yang tidak sadar atau justru terbiasa bernapas lewat mulut.
Menurut dokter gigi spesialis ortodontis Fauzia Adhiwidyanti seseorang ada yang sadar dan tidak kala bernapas lewat mulut. Kebiasaan ini umumnya disebabkan oleh gangguan pada rongga pernapasan atas.
"Saat aliran udara melalui hidung berkurang, sisa udara akan dipaksakan keluar melalui mulut," kata dokter yang praktik di Bethsaida Hospital Dental Center ini.
Lebih lanjut, Fauzia mengatakan ada beberapa faktor yang sering menjadi penyebabnya antara lain:
- Alergi, sinusitis, atau pilek berkepanjangan yang menyumbat hidung
- Pembesaran tonsil (amandel) yang menghalangi saluran pernafasan
- Bentuk hidung yang tidak normal, seperti penyempitan rongga hidung.
Kebiasaan bernapas dengan mulut membuat seseorang mengalami mulut kering. Hal ini terjadi, akibat berkurangnya produksi saliva, sehingga kebersihan mulut terganggu yang dapat meningkatkan risiko terjadinya gigi berlubang dan penyakit gusi (periodontal).
Lalu, kebiasaan bernapas dengan mulut menyebabkan gangguan perkembangan wajah, terutama pertambahan vertikal sepertiga bawah wajah, yang dikenal sebagai kondisi long face.
Selain itu, bisa juga menyebabkan lengkung gigi atas menjadi sempit, gigi maju, gigitan terbalik di gigi belakang, atau gigitan terbuka di gigi depan yang menyulitkan aktivitas pengunyahan maupun memotong makanan seperti disampaikan Fauzia dalam keterangan tertulis.
Ciri-Ciri Anak yang Bernapas Lewat Mulut
Seseorang yang memiliki kebiasaan bernapas lewat mulut dalam kehidupan sehari-hari bisa terlihat dari gejala seperti:
- Mulut kering saat bangun tidur
- Mendengkur atau tidur dengan mulut terbuka
- Pada anak, wajah terlihat memanjang, lingkaran hitam disekitar mata, lubang hidung sempit dan suara sengau atau tidak jelas saat berbicara.
Ketika masalah ini terjadi pada anak-anak yang masih dalam fase pertumbuhan maka bisa berdampak pada lengkung gigi atas yang lebih sempit.
“Kebiasaan bernafas melalui mulut pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan lengkung gigi atas menjadi sempit, gigi maju, gigitan terbalik di gigi belakang, atau gigitan terbuka di gigi depan yang menyulitkan aktivitas pengunyahan maupun memotong makanan,” jelas Fauzia.
Anak Bernapas Lewat Mulut, Harus Apa?
Jika memiliki ciri-ciri mengarah anak bernapas lewat mulut maka bisa dikonsultasikan ke dokter gigi spesialis ortodontis. Jika hasil diagnosis mengarah pada anak memiliki kebiasaan bernapas lewat mulut maka bisa dilakukan perawatan ortodontis.
"Perawatan ortodontik dapat membantu memperbaiki posisi gigi, memotivasi pasien untuk bernafas lewat hidung, serta mencegah risiko komplikasi jangka panjang,”kata Fauzia lagi.
Perawatan ini penting dilakukan sejak dini, terutama bagi anak-anak, agar pertumbuhan gigi dan wajah tetap optimal. "Dengan penanganan tepat, kita tidak hanya memperbaiki gigitan dan estetika gigi, tetapi juga meningkatkan kesehatan mulut, bentuk wajah dan kualitas hidup anak,” tambah Fauzia.
Penanganan Lainnya
Terapi Kebiasaan
Seperti latihan pernafasan dan edukasi cara bernafas yang benar.
Kolaborasi dengan spesialis lain
Berkolaborasi dengan dokter THT, dokter anak maupun speech therapist jika ada masalah medis yang mendasari.
"Kami memiliki tim dokter spesialis ortodontis yang kompeten dan berpengalaman. Layanan kami dilengkapi dengan fasilitas modern, nyaman, dan mendukung setiap pasien dalam mendapatkan perawatan yang optimal," kata Direktur Bethsaida Hospital Gading Serpong, dokter Pitono.