Ini disebabkan terjadinya penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 109,50 pada Juli 2025 menjadi 108,28 pada Agustus 2025.
Kepala BPS Sulut, Aidil Adha, dalam keterangannya menyebutkan kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami deflasi sebesar 3,94 persen dan memberikan andil deflasi sebesar 1,34 persen.
Adapun dilihat dari komoditas yang dominan memberikan andil deflasi di bulan Agustus 2025, adalah tomat dengan andil 0,79 persen, cabai rawit memberikan andil 0,60 persen, daging babi memberikan andil 0,27 persen, cabai merah memberikan andil 0,08 persen, dan angkutan udara dengan andil 0,04 persen.
Sementara itu, menurut Aidil jika dilihat menurut wilayah, dari empat Kabupaten dan Kota cakupan IHK di Sulut, tercatat seluruhnya mengalami deflasi secara bulanan.
"Deflasi terdalam terjadi di Kabupaten Minahasa Selatan sebesar 2,46 persen. Terendah di Kota Manado sebesar 0,52 persen. Kabupaten Minahasa Utara dan Kota Kotamobagu masing-masing 1,86 persen dan 1,16 persen," ujar Aidil.
Dijelaskan Aidil, komoditas pendorong terjadinya deflasi di daerah-daerah tersebut adalah Tomat, kecuali di Kota Kotamobagu, di mana cabai rawit yang paling dominan.
"Sementara jika dilihat secara tahun kalender, justru terjadi inflasi sebesar 0,93 persen. Dan secara year on year juga alami inflasi 0,94 persen," kata Aidil kembali.