Kemenangan 1-0 atas Hammarby di babak kedua kualifikasi Liga Champions Wanita 2025/26 pada Minggu (31/8) kemarin seharusnya menjadi momen manis bagi Manchester United (MU). Hasil itu membawa mereka semakin dekat dengan fase grup Liga Champions.
Tapi, kepulangan Setan Merah dari Swedia justru menimbulkan cerita yang bikin banyak orang mengernyitkan dahi.
Alih-alih kembali dengan pesawat carteran seperti saat berangkat, MU hanya menyediakan penerbangan komersial dengan rute transit. Rencana perjalanan ini membuat para pemain baru tiba di Manchester pukul 10 malam.
Padahal, ada penerbangan langsung dari Stockholm menuju Manchester. Namun, menurut juru bicara klub, kursinya tak cukup untuk seluruh rombongan. Oleh karena itu, klub memilih opsi transit.
MU lalu memberi kebebasan bagi pemain yang ingin pulang lebih cepat untuk mencari tiket sendiri. Beberapa pemain akhirnya terpaksa merogoh kocek pribadi agar bisa kembali lebih awal. Keputusan ini kabarnya membuat sejumlah pemain kesal.
Klub juga beralasan jeda menuju laga berikutnya masih cukup panjang, jadi mereka merasa tak perlu menyiapkan pesawat carteran.
“Tim wanita kami berangkat ke Stockholm dengan pesawat carteran demi memaksimalkan persiapan. Mereka juga menginap di hotel yang sama dengan tim pria saat tur pramusim Juli lalu, dan berlatih di markas federasi sepak bola Swedia. Kami yakin fasilitas yang diberikan sudah ideal,” jelas juru bicara klub, dikutip dari The Telegraph, Senin (1/9).
“Ke depannya, kami akan menyesuaikan kebutuhan perjalanan Eropa berdasarkan lokasi dan jadwal. Pesawat carteran tetap akan digunakan jika memang diperlukan demi performa. Tapi kami juga berusaha mengelola biaya agar tim wanita bisa berkembang secara berkelanjutan,” sambungnya.
Keputusan ini cukup kontras dengan langkah klub-klub lain di Women’s Super League (WSL) seperti Chelsea, Arsenal, dan Manchester City. Ketiganya selalu memakai pesawat carteran untuk laga Eropa musim lalu.
Situasi ini semakin memperkuat anggapan bahwa MU belum menjadikan tim wanita sebagai prioritas. Co-owner klub, Sir Jim Ratcliffe, bahkan sempat blak-blakan mengakui hal itu beberapa waktu lalu.
“Memang agak tidak adil. Sejak awal, saya bilang fokus utama saya adalah tim pria karena merekalah yang paling berpengaruh untuk Manchester United. Tim wanita skalanya jauh lebih kecil,” ujar Ratcliffe kepada BBC pada Maret lalu.
Rasa “tersisih” bukan pertama kali dialami Ella Toone dkk. Musim panas lalu, mereka bahkan dipindahkan dari fasilitas latihan mereka senilai £10 juta (Rp 219 miliar), ke bangunan sementara di Carrington demi memberi ruang latihan bagi tim pria saat fasilitas latihan tim pria direnovasi.
Yang lebih parah, Ratcliffe sendiri belum sekalipun menonton langsung laga tim wanita sejak resmi mengambil alih klub pada Februari 2024.
Sementara itu, MU baru saja melaju ke babak ketiga kualifikasi Liga Champions usai menyingkirkan PSV 4-0 dan Hammarby 1-0. Mereka akan menghadapi juara Liga Norwegia, SK Brann, pada 12 & 18 September untuk berebut tiket ke fase grup.