Jalan Nangka Raya dan Jalan Poltangan Raya, Jakarta Selatan, pada Jumat (5/9) pagi berubah wajah. Kendaraan tak bisa melintas karena ruas jalan ditutup sementara.
Hal itu dilakukan untuk memberi ruang bagi ribuan warga yang menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 Hijriah di Masjid Assaadah, Tanjung Barat, Jakarta Selatan.
Sejak pagi, jemaah dari berbagai daerah berdatangan. Tidak hanya dari sekitar Tanjung Barat, tapi juga dari Condet, Kalibata, hingga Bogor.
Mereka memenuhi bagian dalam masjid hingga ke jalan, duduk beralaskan tikar, mendengarkan rebana hadrah, dan tausiah.
“Biasanya kita dari tahun ke tahun itu menghadirkan banyak para ulama dan habaib gitu, dan juga tidak lupa guru-guru setempat gitu. Kita mengundang, dan ini untuk masyarakat luas,” ujar Muzainah, salah satu panitia.
“Mereka berdatangan dari Bogor, dari Tanjung Barat, dari Condet, dari Kalibata. Pokoknya memang sudah tahu di sini ada acara setiap tahunnya, tiap tanggal tepat ke-12 Rabiul Awal,” tambahnya.
Menurut Muzainah, peringatan maulid di Masjid Assaadah sudah menjadi tradisi besar bagi warga.
“Kalau untuk masjid-masjid di dalam itu ada, ya, tapi biasanya lingkupnya memang kecil di daerah situ aja. Tapi kalau untuk Assaadah ini menyeluruh. Jadi bisa dibilang hajatnya orang Tanjung Barat lah,” katanya.
Tradisi: Maulid Diba hingga Nasi Kebuli
Karena bertepatan dengan hari Jumat, rangkaian acara tahun ini lebih padat. Jemaah disambut iringan hadrah dan salawat, dilanjutkan pembacaan Maulid Diba dan tausiah.
“Karena ini hari Jumat, jadi memang waktunya lebih sempit. Jadi nanti pembacaan ini, sambutan, ada penceramah insyaallah satu. Terus nanti pembacaan Maulid Nabi, itu yang paling terpenting intinya pembacaan Maulid Nabi, Maulid Diba, ya, yang dipakai di sini,” jelas Muzainah.
“Insyaallah, terus makan bersama, itu biasa yang ditunggu-tunggu sama masyarakat, ada makan bersama, nasi kebuli. Itu dibikin kelompok, empat atau lima kelompok, nanti setelah acara ini selesai,” sambungnya.
Tradisi makan nasi kebuli memang menjadi magnet tersendiri. Ribuan porsi disiapkan panitia dari sumbangan masyarakat. Tahun ini ada 1.500 porsi kebuli yang akan dibagikan, meski jumlah itu seringkali belum mencukupi.
“Ini kalau kita lihat dari persiapan makanan aja lumayan banyak, ya, sekitar ada tiga ribuan. Dan kita bikin nasi kebuli tahun ini 1.500 porsi. Itu pun kadang-kadang ada yang nggak kebagian, tapi Alhamdulilah,” ucap Muzainah.
Bagi panitia, Maulid Nabi bukan sekadar perayaan, tapi juga momen merajut silaturahmi lintas kalangan.
“Silaturahmi, yang paling penting itu silaturahmi dari berbagai elemen masyarakat. Ini dari masyarakat daerah kita sendiri, Tanjung Barat,” ungkap Muzainah.
Muzainah menyebut, acara ini terbuka untuk siapa pun, tanpa perlu mendaftar.