
Di tengah hiruk pikuk kota Palembang, sebuah kedai kopi bernama Tukang Seduh menawarkan lebih dari sekadar secangkir kopi. Melangkah masuk ke dalamnya, pengunjung seolah ditarik mundur ke era 80-an yang penuh kenangan. Pemiliknya, Fajar Nurhadi (42), berhasil menyulap kedai ini menjadi rumah kedua bagi para pencinta kopi dan nostalgia.
Berbagai pernak-pernik tahun 80-an tergantung rapi di dinding, menciptakan suasana hangat dan akrab. Kursi-kursi khas era tersebut pun siap menyambut pengunjung untuk menikmati kopi sembari berbincang santai. Konsep "rumahan" ini memang sengaja dibangun Fajar, memberikan pengalaman berbeda dari kedai kopi modern yang menjamur.
Perjalanan Penuh Liku dari Food Truck hingga Kedai Klasik

Perjalanan Tukang Seduh tidaklah instan. Dimulai pada tahun 2017 dengan konsep food truck VW yang mangkal di sepanjang jalan utama Palembang, Fajar mencoba peruntungannya di dunia kopi. Namun, pandemi COVID-19 sempat menghentikan langkahnya.
"Waktu itu mulai 2017 sampai Covid-19, saya break sebentar karena kegiatan dihentikan," kenang Fajar.
Masa jeda ini justru menjadi titik balik. Fajar memutar otak dan beralih konsep dari food truck ke kedai. Sempat mencoba di ruko, ia merasa belum menemukan chemistry yang pas.
"Perkembangan di ruko mungkin karena bentuk ruko petak jadi belum menemukan konsep," jelasnya. Hingga akhirnya, pilihan jatuh pada konsep rumah dengan dekorasi dan suasana yang benar-benar dibangun untuk menciptakan nuansa klasik dan vintage.
Mengangkat Kopi Lokal Sumsel: Kebanggaan Tukang Seduh

Yang membuat Tukang Seduh istimewa adalah komitmennya terhadap kopi lokal Sumsel. Fajar secara khusus mengambil biji kopi dari berbagai daerah penghasil kopi terbaik di Sumsel, seperti Muara Dua di desa Sumpah Tuhu, Semendo di Desa Segamit, Desa Rimba Candi di Pagar Alam, Desa Jarai di Lahat, dan Empat Lawang.
"Kenapa kami mengedepankan itu karena kopi Sumsel tidak kalah rasa untuk dipromosikan ke nasional dan internasional," tegas Fajar.
Ia percaya bahwa kopi Sumsel memiliki karakter rasa yang kuat, dengan body yang lebih bold. Bersama para pegiat kopi lainnya, Fajar bahu-membahu mengangkat potensi kopi lokal ini.
"Alhamdulillah, dengan penggiat kopi lainnya kita saling bahu membahu mengangkat ini untuk Tukang Seduh fokus ke kopi Sumsel sebagai menu utama," tambahnya.
Tak hanya kopi, Tukang Seduh juga menonjolkan "local pride" dalam menu makanannya. Sajian rumahan khas Palembang seperti pempek belah, tekwan, dan pindang menjadi pendamping setia kopi yang ditawarkan kepada pelanggan.
Menjaga Kualitas dari Hulu hingga Hilir

Bagi Fajar, tantangan terbesar adalah menjaga kualitas kopi. Ini berarti harus memahami betul hulu dari industri kopi itu sendiri.
"Kalau kita berbicara kopi kita harus berbicara Hulunya," ujarnya.
Fajar aktif menjalin silaturahmi dengan para petani kopi, pegiat kopi, dan prosesor di daerah penghasil kopi untuk mendapatkan biji kopi terbaik dan berkualitas.
Dengan target pasar keluarga dan remaja pencinta kopi, Tukang Seduh tidak ingin melayani semua segmen.
"Kita tidak dapat melayani semua pencinta kopi tapi lebih memilih spesifik marketnya dengan kopi pendampingnya, suasana rumah yang bisa ngobrol layaknya rumah kita sendiri," jelasnya.
Bukan Saingan, Melainkan Pemicu Inovasi

Meski kedai kopi menjamur di Palembang, Fajar tidak menganggapnya sebagai saingan. Justru, hal tersebut memacunya untuk terus menawarkan sesuatu yang berbeda dan memiliki nilai lebih.
"Kita lebih menawarkan kopi yang fresh, kopi yang berkualitas, bahan yang kita masukan bertanggung jawab dalam satu resep kopi dan makanan, itu yang membedakan Tukang Seduh dan kedai kopi lainnya," ungkapnya.
Engagement dengan pelanggan menjadi kunci utama. Fajar dan timnya tak ragu berinteraksi, mengajak ngobrol, dan menjawab setiap pertanyaan pelanggan seputar asal usul kopi hingga resepnya.
"Itu tanggung jawab kami," tegas Fajar.

Dengan harga kopi yang berkisar antara Rp 20 ribu hingga Rp 35 ribu, Tukang Seduh menawarkan berbagai pilihan, mulai dari best espresso, velvet, hingga minuman non-kopi seperti summer dan varian matcha kekinian. Setiap harinya, Tukang Seduh menargetkan 100 cup kopi terjual, dengan rata-rata pencapaian 50-100 cup.
Jika anda ingin menikmati secangkir kopi dengan bernuansa tahun 80-an dapat langsung mengunjungi Tukang Seduh yang berlokasi di Jalan Urip Sumoharjo Perum. Pusri No.2, 2 Ilir, Sekojo, Kota Palembang, yang buka dari Selasa hingga Minggu, pukul 15.00 WIB-22.00 WIB.