PADA 30 Agustus 1999, terjadi peristiwa bersejarah referendum Timor Timur oleh misi PBB UNAMET. Misi PBB yang dikenal sebagai UNAMET atau United Nations Mission in East Timor berperan aktif memfasilitasi referendum tersebut. Momen yang terjadi 26 tahun tersebut sangat krusial menentukan apakah Timor Timur akan tetap menjadi bagian dari Indonesia atau meraih kemerdekaannya sebagai negara yang terpisah.
Timor Timur merupakan sebuah wilayah kecil yang terletak di antara Australia dan Indonesia. Kawasan tersebut telah lama menjadi sumber konflik dan ketegangan.
Dampak Krisis Moneter
Dilansir dari laman resmi publikasi Universitas Gadjah Mada (UGM), krisis moneter yang terjadi pada 1997 di Indonesia menyebabkan hambatan di berbagai bidang pembangunan seperti ekonomi, politik, sosial dan budaya. Kondisi tersebut menjadi penyebab utama terjadinya demonstrasi dari berbagai kalangan, khususnya di lingkungan kampus yang digagas mahasiswa.
Aksi demo oleh mahasiswa menuntut reformasi pada awal 1998 berhasil dicapai dengan ditandainya pergantian pemimpin, yaitu Presiden Soeharto yang diganti oleh Wakil Presiden BJ Habibie. Usai pergantian pemimpin, banyak tuntutan dari negara Eropa dan ASEAN agar Indonesia terus melakukan reformasi dalam politik, termasuk membantu Provinsi yang ke-27 saat itu Timor Timur agar dapat menentukan nasibnya sendiri.
Setelah naik jabatan, Portugal, mantan penjajah Timor Timur, dan internasional mendesak Habibie untuk memungkinkan Timor Timur menentukan nasibnya sendiri. Pada 27 Januari 1999, Habibie mengajukan rencana referendum kepada Sekretaris Jenderal PBB, Kofi Annan, melalui surat resmi.
Pendirian UNAMET
PBB kemudian mendirikan UNAMET berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB tertanggal, 5 Mei 1999, No. 1246 untuk memastikan referendum yang adil dan bebas di Timor Timur. PBB melalui UMAMET bertugas memantau dan mengawasi seluruh proses referendum, termasuk pengumpulan suara dan penghitungan hasil. UNAMET juga bekerja untuk memastikan keamanan selama proses referendum Timor Timor.
Referendum Timor Timur akhirnya diadakan pada 30 Agustus 1999. Dalam prosesnya, referendum memberikan dua pilihan kepada penduduk Timor Timur. Pilihan pertama adalah untuk tetap menjadi bagian dari Indonesia, sementara pilihan kedua adalah merdeka sehingga berpisah dengan Indonesia..
Secara serentak, jajak pendapat diadakan di seluruh Timor Timur maupun di luar Timor Timur. Hasilnya sangat menentukan, perolehan suara dari kedua kubu itu masing-masing dari prokemerdekaan 78,50 persen dan pro- integrasi 21,50 persen
Pelepasan Timor Timur dari Indonesia.
Pada 20 Mei 2002, Timor Timur resmi melepaskan diri dari Indonesia dan mendeklarasikan kemerdekaan dari penjajahan Portugal. Akhirnya, kawasan tersebut beralih menjadi Timor Leste yang dikenal saat ini.
Dikutip dari publikasi Perpanjangan Misi Peace Building PBB di Timor Leste Periode 2002-2012, perpanjangan misi peace building PBB di Timor Leste sejak kemerdekaan Timor Leste tahun 2002 menimbulkan kecurigaan adanya kepentingan dari negara-negara anggota PBB yang ikut serta dalam misi perdamaian PBB di Timor Leste.
Dalam ranga memulihkan kondisi di Timor Leste, maka PBB melakukan berbagai upaya dalam membentuk pemerintahan Timor Leste agar dapat menjadi sebuah negara.