ALIANSI Perempuan Indonesia bakal menggelar demonstrasi di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Rabu, 3 September 2025. Dalam seruannya, aliansi menyebut demo di DPR bakal dihelat pada pukul 10.00 dengan dress code berwarna pink dan hitam.
Perwakilan Aliansi Mutiara Ika mengatakan pada demonstrasi ini, aliansi mendesak Presiden Prabowo Subianto untuk menghentikan kekerasan negara terhadap para demonstran yang menyuarakan aspirasinya di jalanan. "Presiden harus segera menarik mundur TNI-Polri untuk menghentikan kekerasan negara," kata Ika dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Rabu.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Kekerasan negara, menurut Ika, mesti dihentikan termasuk dengan mendesak aparat keamanan untuk tidak merengsek masuk ke area permukiman warga dan institusi pendidikan.
Ika menyatakan pihaknya amat mengecam tindakan aparat yang berlebihan, yaitu memasuki area permukiman atau kampus dengan dalih menjaga keamanan hingga mengejar provokator yang menyebabkan ricuhnya demonstrasi.
Pun, sejak pertama kali demonstrasi dihelat pada 25 Agustus lalu hingga Senin, 1 September kemarin, kepolisian tercatat berulang kali merangsek masuk ke area permukiman, misalnya di Petamburan dan Kwitang, Jakarta atau kala aparat menembakan gas air mata di kampus Unisba dan Unpas.
Syahdan, Ika mengatakan aliansi juga mendesak Prabowo untuk memberikan jaminan pelindungan terhadap para korban dan demonstran yang ditangkap sepanjang demonstrasi berlangsung, alih-alih melabeli proses penyampaian pendapat ini dengan label makar atau terorisme.
Aliansi, kata Ika, juga menuntut Prabowo menghentikan pelbagai kebijakan yang tak pro rakyat dan berpotensi besar membebani anggaran. "Prabowo haru menjawab akar persoalan dari frustasi rakyat hari ini, yaitu kemiskinan dan ketiadaan lapangan kerja," ujarnya,
Demonstrasi yang dihelat Aliansi Perempuan Indonesia ini menjadi rangkaian demonstrasi lanjutan sejak 25 Agustus lalu di Jakarta. Eskalasi demonstrasi kian meluas saat seorang pengemudi ojek online Affan Kurniawan tewas dilindas kendaraan taktis milik Korps Brimob Polri pada Kamis, 28 Agustus.
Sayangnya, momentum itu dimanfaatkan kelompok tak dikenal untuk melakukan vandalistis seperti pembakaran fasilitas umum, penyerangan markas kepolisian, hingga penjarahan. Imbas situasi yang tak terkendali, sejumlah kelompok membatalkan rencana demonstrasi. Kemarin, Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia atau BEM SI menjadi kelompok pertama yang membatalkan demonstrasi sepekan ini dengan alasan situasi yang tak kondusif.