ALIANSI Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia atau BEM SI memutar lagu milik band Sukatani berjudul "Bayar Bayar Bayar" saat membubarkan diri dari area depan Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat pada Kamis, 4 September 2025.
Berdasarkan pengamatan Tempo di lokasi, lagu tersebut diputar dengan mengenakan pengeras suara di mobil komando. Nampak, personel kepolisian yang berjaga menyoroti para pimpinan BEM SI yang berada di mobil komando.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Lagu "Bayar Bayar Bayar" sempat ditarik oleh Sukatani dari berbagai platform musik. Alasannya, kala itu, Sukatani diintimidasi oleh kepolisian dan dipaksa untuk menyampaikan permohonan maaf kepada Kepala Polri.
Melalui akun Instagram @sukatani.band, mereka mengungkapkan intimidasi polisi sudah ada sejak Juli 2024. Sejak itu, Sukatani terus-menerus mengalami intimidasi karena lagunya dianggap menghina institusi kepolisian. Begitu tulis Sukatani dalam unggahannya pada 1 Maret lalu.
BEM SI berdemonstrasi pada hari ini sejak pukul 16.30 hingga pukul 18.00 WIB. Mereka membawa sejumlah tuntutan kepada DPR dan pemerintah, beberapa di antaranya menuntut pengesahan RUU Perampasan Aset dan membebaskan para demonstran yang ditahan kepolisian.
Sebelumnya, Koordinator Pusat BEM SI Muzammil Ihsan, menuntut Presiden Prabowo Subianto untuk mencabut tudingan makar terhadap gerakan mahasiswa.
Menurut dia, alih-alih melakukan evaluasi terhadap kebijakan dan sikap para pembantunya, Prabowo justru berupaya mendiskreditkan gerakan mahasiswa dan rakyat dengan melontarkan label makar.
Muzammil menilai, apa yang disampaikan Prabowo bukan bertujuan meredakan amarah rakyat, tapi justru membuat amarah tersebut semakin bergejolak karena tak adanya empati dan keadilan yang diberikan pemerintah.
"Presiden Prabowo hanya omon-omon. Dia mengatakan menerima aspirasi, tapi menahan teman-teman kami yang berdemonstrasi," ujar dia.
Pada 1 September lalu di RS Polri Kramat Jati, Prabowo menilai pembakaran gedung DPRD di Sulawesi Selatan yang merenggut nyawa empat aparatur sipil negara sebagai tindakan makar.
"Orang tidak bersalah, orang tidak berpolitik menjadi korban. Gedung DPRD dibakar, ini tindakan makar, bukan penyampaian aspirasi," kata Prabowo.
Adapun, demonstrasi yang digelar sejak 25 Agustus-1 September menuntut pencabutan tunjangan fantastis anggota Dewan telah menewaskan sebanyak 10 korban di pelbagai wilayah di Indonesia.
Salah satu korban tewas, ialah Affan Kurniawan seorang pengemudi ojek online di Jakarta. Affan tewas setelah dilindas kendaraan taktis milik Korps Brigade Mobil Polri di Jalan Penjernihan, Tanah Abang, Jakarta Pusat pada Kamis, 28 Agustus 2025.