WAKIL Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Imam Sugianto menyatakan situasi demonstrasi yang berlangsung dalam beberapa waktu terakhir sudah terkendali. Hal itu ia sampaikan usai menghadiri rapat kerja dengan Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis, 4 September 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
“Insyaallah sudah kondusif, sudah dalam pengawasan TNI-Polri. Yang ditangkap di Polda Metro kami ikuti di Polda Metro,” kata Imam saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Kamis, 4 September 2025.
Menurut Imam, BIN terus memantau dinamika aksi di lapangan. Ia menekankan bahwa koordinasi dengan aparat keamanan berjalan intensif, khususnya dengan Kepolisian dan TNI, guna memastikan rangkaian aksi tidak berkembang di luar kendali.
Unjuk rasa di berbagai daerah mewarnai penghujung akhir Agustus 2025. Unjuk rasa makin membesar hingga memicu kerusuhan dan penjarahan di beberapa lokasi di Indonesia.
Mulanya, aksi menuntut pembubaran DPR pada 25 Agustus 2025 berujung bentrok di sekitar Senayan, Jakarta. Polisi mencatat 169 pelajar ikut diamankan dalam kericuhan malam itu.
Gelombang protes berlanjut pada 28 Agustus. Buruh mendatangi DPR dengan enam tuntutan, sementara mahasiswa dan pelajar kembali mengusung agenda pembubaran DPR. Aksi sore hari berubah ricuh setelah polisi membubarkan massa dengan gas air mata dan water cannon.
Kerusuhan memuncak saat kendaraan taktis Brimob menewaskan Affan Kurniawan, pengemudi ojek online berusia 21 tahun, di Bendungan Hilir. Tewasnya Affan memicu amarah publik, mendorong aksi balasan dari pengemudi ojek online dan meluas ke berbagai kota.
Situasi makin panas ketika rumah sejumlah legislator, termasuk Ahmad Sahroni dan Eko Patrio, dijarah massa. Presiden Prabowo Subianto memerintahkan Kapolri menindak tegas aksi anarkis, sementara di media sosial muncul seruan “warga jaga warga” dan tuntutan baru 17+8.