Liputan6.com, Jakarta - Aktivis Chiki Fawzi dan Wanda Hamidah tengah bergabung dalam misi kemanusiaan yang diinisiasi oleh Global Sumud Flotilla. Dikutip dari akun Instagram @bellafawzi dan @relawan.nusantara, keduanya berangkat pada Senin (01/09/2025).
Melalui Instagram @bellafawzi_ dan @relawan.nusantara, diperlihatkan suasana yang diselimuti rasa haru di detik-detik perpisahan keluarga dengan para relawan dan aktivis yang tergabung dengan Global Sumud Flotilla, di antaranya adalah Chiki Fawzi dan Wanda Hamidah.
Dilansir dari unggahan @wandahamidahbsa, dirinya dan Chiki Fawzi akan melakukan misi kemanusiaan membawa bantuan makanan dan obat-obatan melalui Tunisia dan berlayar ke Palestina. Sebanyak 70 kapal dari 44 negera akan berusaha membuka blokade kemanusiaan bagi rakyat Palestina yang dilaparkan dan dibantai secara membabi-buta.
"Misi ini mengenai keadilan, solidaritas, dan janji untuk tidak pernah menyerah. Untuk terus kembali lagi, lebih kuat, setiap kali," tulis Wanda dengan semangat kemanusiaan.
Sekelompok aktivis berharap dapat mematahkan blokade Israel di Gaza dengan armada kapal yang membawa bantuan, bernama Freedom Flotilla Coalition. Tapi perjalanan flotilla tertunda, antara lain menurut aktivis yang terlibat, karena tekanan dari berbag...
Jumlah Aktivis Membludak
Wanda membagikan ceritanya mengikuti pelayaran Flotilla melalui akun Instagram pribadi miliknya @wandahamidahbsa. Menurut caption dalam unggahannya, pelatihan bagi para aktivis kemanusiaan yang tergabung dalam misi Global Sumud Flotilla resmi dimulai per 3 September 2025.
Menurut Wanda yang juga merupakan bagian dari panitia melalui Indonesian Global Peace Convoy (IGPC), jumlah aktivis yang hadir melampaui ekspektasi dan membuat panitia Global Sumud Flotilla agak terkejut. Dari perkiraan awal sebanyak 120 orang, kini tercatat 300 peserta yang siap mengikuti pelatihan.
Menurut keterangan Wanda melalui unggahan yang sama, para aktivis ini datang dari 44 negara yang berbeda, antara lain Turki, Maroko, Jerman, Bahrain, Afrika Selatan, serta perwakilan dari Malaysia. "Saya merasa ingin menangis melihat orang-orang hebat dengan hati yang indah ini," ungkapnya.
Tentang Global Sumud Flotilla
Berdasarkan informasi dari situs resmi globalsumudflotilla.org, Global Sumud Flotilla adalah aliansi internasional yang mandiri, terdiri dari masyarakat sipil dari berbagai profesi seperti organisator, dokter, seniman, dan pengacara. Meskipun berasal dari negara, keyakinan, dan pandangan politik yang berbeda, GSF tidak terikat pada pemerintah atau partai politik mana pun. Gerakan GSF disatukan oleh keyakinan pada martabat manusia, kekuatan aksi damai, serta keberpihakan mutlak pada keadilan, kemerdekaan, dan kesucian hidup manusia.
Berlandaskan pada puluhan tahun perlawanan Palestina dan solidaritas global, flotilla GSF telah melancarkan aksi terkoordinasi di darat, laut, dan udara pada bulan Juni. Musim panas ini, GSF kembali dengan strategi yang lebih menyatu dan koordinasi mendunia yang belum pernah ada sebelumnya. GSF bergerak dengan satu tujuan yang sama: pengepungan dan genosida harus segera diakhiri.
Upaya Penyelamatan dengan Flotilla
Sebelumnya di bulan Juli lalu, salah satu penggalang misi Global Sumud Flotilla, Freedom Flotilla Coalition (FFC) atau Koalisi Freedom Flotilla kembali melancarkan upaya untuk menembus blokade Israel atas Gaza, kali ini dengan kapal baru bernama "Handala" yang berlayar dari Sirakusa, Italia.
Dikutip dari artikel sebelumnya dari kanal Global Liputan6.com, langkah ini diambil hanya beberapa minggu setelah kapal mereka sebelumnya "Madleen" disita oleh pasukan Israel. Melalui media sosial, mereka menyatakan bahwa pelayaran yang didedikasikan untuk anak-anak Gaza ini bertujuan untuk terus menantang pengepungan yang mereka sebut ilegal dan mematikan, sambil membawa bantuan kemanusiaan serta pesan solidaritas global.
Upaya sebelumnya yang menggunakan kapal "Madleen" berbendera Inggris dimulai pada 6 Juni 2025 dari Sisilia, namun berakhir dengan pencegatan dan penangkapan 12 penumpangnya oleh Israel pada 9 Juni. Sementara itu, kapal "Handala" saat ini diperkirakan membawa sekitar 18 aktivis, termasuk di antaranya dua anggota partai kiri ekstrem Prancis, La France Insoumise (LFI), yang melanjutkan misi menantang blokade tersebut.