Para peneliti telah membekukan ribuan kotoran manusia dan disimpan di sebuah fasilitas Gudang Kiamat di Swiss. Mereka menargetkan lebih dari 10.000 sampel feses terkumpul hingga 2029.
Bukan tanpa tujuan kenapa ilmuwan mulai menyimpan kotoran manusia. Ini karena di dalam feses terdapat miliaran mikroba yang sangat berharga. Menurut studi yang terbit di jurnal Nature Communications pada Jumat (27/6), mikroba ini dapat menjadi kunci untuk menyelamatkan generasi mendatang dari berbagai krisis kesehatan dan penyakit.
Gudang penyimpanan ini tidak hanya berisi kotoran manusia, tetapi juga hampir 200 jenis makanan fermentasi yang kaya akan mikroba baik untuk usus. Rencananya, para ilmuwan juga akan menambahkan mikroba dari lingkungan untuk memperluas koleksi tersebut.
Tujuan jangka panjang dari proyek ini adalah menciptakan cadangan mikroba dari manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan. Dengan begitu, generasi masa depan dapat menggunakannya untuk penelitian, memperbaiki ekosistem yang rusak, atau bahkan menciptakan pengobatan baru saat dibutuhkan.
"Hilangnya mikroba berkaitan dengan meningkatnya kasus penyakit kronis seperti alergi, gangguan autoimun, dan masalah metabolisme," tulis para peneliti dalam studinya sebagaimana dikutip Live Science. "Keragaman mikroba yang menurun juga berdampak buruk pada ekosistem, mengancam pertanian dan ketahanan lingkungan."
Mereka menekankan pentingnya menyelamatkan semua jenis mikroba karena aktivitas manusia telah merusak keseimbangan mikrobioma, komunitas mikroba yang hidup di dalam tubuh dan di lingkungan kita.
Contohnya, pertanian modern, mencairnya lapisan es abadi akibat perubahan iklim, dan penggunaan antibiotik yang berlebihan telah menyebabkan kehancuran besar pada mikrobioma. Akibatnya, di masa depan kita mungkin membutuhkan mikroba-mikroba ini untuk mengembalikan keseimbangan yang hilang.
"Berbagai aktivitas manusia telah mengikis mikrobioma kita, dan ada banyak bukti mengenai hal itu," kata Dr. Martin Blaser, Direktur Center for Advanced Biotechnology and Medicine di Universitas Rutgers, New Jersey, yang juga salah satu penulis komentar tersebut.
Saat ini memang belum ada bukti pasti bahwa mengembalikan mikroba beku ke dalam usus manusia atau ekosistem dapat memulihkan kondisinya. Namun Blaser optimis, "Kami percaya suatu hari nanti ilmu pengetahuan akan berkembang cukup jauh sehingga kita memiliki teknik restorasi yang benar-benar efektif."
Proyek yang diberi nama Microbiota Vault ini dimulai pada 2018. Para pendirinya terinspirasi dari Svalbard Global Seed Vault di Norwegia—gudang benih terbesar di dunia yang menyimpan sekitar 1,3 juta sampel tanaman untuk menjaga keragaman genetik yang kini semakin langka di dunia nyata.
Selama fase awal, proyek ini fokus pada uji coba pengumpulan dan ekspor sampel kotoran serta makanan fermentasi dari berbagai negara. Dalam tujuh tahun terakhir, para ilmuwan di Swiss telah menerima total 1.204 sampel feses dan 190 sampel makanan dari negara-negara seperti Benin, Brasil, Ethiopia, Ghana, Laos, Thailand, dan tentu saja Swiss. Semua sampel itu kini disimpan di suhu minus 80 derajat Celsius di University of Zurich.
Saat ini, proyek telah memasuki fase pertumbuhan, di mana para peneliti ingin memperluas koleksi dengan ribuan sampel tambahan, termasuk mikroba dari ekosistem yang terancam. Mereka juga tengah mencari lokasi permanen untuk gudang ini, idealnya di negara dengan iklim dingin seperti Swiss atau Kanada.
"Siapa tahu, mungkin 100 tahun dari sekarang, menyelamatkan mikroba-mikroba ini bisa mencegah bencana besar," kata Blaser. “Merupakan kewajiban kita kepada generasi mendatang untuk melestarikan keragaman mikroba ini.”