Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) dan Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar berjabat tangan dalam pertemuan mereka di Moskow, Rusia, Kamis, 21 Agustus 2025.
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW — Ekspor minyak Rusia ke India diperkirakan meningkat pada September. Para pedagang menyebut hal itu terjadi karena New Delhi menentang tarif hukuman Amerika Serikat (AS) yang dirancang untuk menghentikan perdagangan dan mendorong Moskow menuju kesepakatan damai dengan Ukraina.
India telah menjadi pembeli terbesar pasokan minyak Rusia yang tersingkir akibat sanksi Barat setelah Moskow menginvasi Ukraina pada 2022. Kondisi itu memungkinkan kilang-kilang India memperoleh keuntungan dari minyak mentah berharga lebih murah.
Namun, pembelian tersebut menuai kecaman dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump yang pada Rabu menaikkan tarif impor India menjadi 50 persen.
New Delhi menyatakan masih mengandalkan jalur perundingan untuk menyelesaikan tarif tambahan itu. Namun, Perdana Menteri Narendra Modi juga melakukan kunjungan diplomatik ke sejumlah negara, termasuk bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin.
Pejabat AS menuduh India mengambil untung dari minyak Rusia yang didiskon, sementara pejabat India balik menuding Barat menerapkan standar ganda karena Uni Eropa dan AS tetap membeli barang-barang Rusia senilai miliaran dolar.
“Tarif ini merupakan bagian dari diskusi perdagangan yang lebih luas antara India dan AS. Mengingat peningkatan operasi kilang domestik India di tengah diskon barel minyak Rusia, kami tidak melihat India akan mengurangi impor Rusia dalam volume signifikan,” tulis BNP Paribas dalam sebuah catatan.
Kementerian Perminyakan India tidak menanggapi permintaan komentar pada Kamis.
Tanpa India, Rusia akan kesulitan mempertahankan ekspor pada tingkat saat ini. Kondisi itu bisa memangkas pendapatan ekspor minyak yang membiayai anggaran Kremlin sekaligus perang Rusia yang masih berlangsung di Ukraina.
sumber : REUTERS