Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna, mengatakan dari total potensi PLTS di Indonesia mencapai 3,3 terrawatt (TW), realisasinya saat ini baru 916 megawatt (MW).
"Kalau kita melihat dari sisi pemanfaatannya belum mencapai 1 GW di tahun 2024. Mudah-mudahan nanti di tahun 2025 ini kita bisa melampaui angka 1 GW pertama kita," ungkap Feby saat Media Briefing Indonesia Solar Summit 2025, dikutip pada Rabu (3/9).
Dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN), target bauran PLTS dalam energi primer di Indonesia sebesar 109 GW, sekitar 25 persen dari total pembangkit listrik terpasang sebesar 443 GW.
Sementara dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034, Feby mengatakan kapasitas terpasang PLTS ditargetkan mencapai 17,1 GW dalam 10 tahun ke depan.
"Dari total penambahan energi baru terbarukan sekitar 42,6 gigawatt, ini nantinya untuk energi surya sendiri kurang lebih di angka 17,1 gigawatt yang tersebar di seluruh Indonesia dari Sumatera hingga ke Papua," jelas Feby.
Feby menyebutkan ada beberapa program yang akan digenjot pemerintah untuk pengembangan PLTS. Pertama, PLTS atap yang sudah diatur kuotanya dalam Permen ESDM Nomor 2 Tahun 2025.
Kapasitas terpasang PLTS atap hingga Juni 2025 kurang lebih sekitar 495 megawatt peak (MWp), dari 10.700 pelanggan PT PLN (Persero). Dia menargetkan kapasitas ini mencapai 1.000 MWp alias 1 GW pada tahun ini.
"Mudah-mudahan, karena ini cukup banyak yang masih berada di pipeline yang dalam proses penyelesaian, harapan kami di tahun ini untuk PLTS Atap bisa mencapai 1 gigawatt di luar dari PLTS-PLTS lainnya," ungkap Feby.
Selain itu, ada juga program PLTS skala besar ground mounted dan PLTS terapung. Feby menyebutkan potensi PLTS terapung di Indonesia bisa mencapai 89 GW.
"Kita juga mendorong kerja sama dengan Kementerian PU untuk bisa memanfaatkan waduk-waduk PU untuk bisa memasang PLTS terapung di sana, sehingga nanti ada kerja sama antara BUMN yang ada di Kementerian PU," tutur Feby.