
BPBD DKI Jakarta menyiapkan sejumlah langkah untuk mengantisipasi bencana banjir. Hal ini dilakukan berdasarkan prediksi BMKG yang menyebut musim kemarau tahun ini cenderung lebih singkat dan musim hujan akan datang lebih awal.
"Tentu hal ini menjadi perhatian serius bagi kami di BPBD Provinsi DKI Jakarta, karena kondisi tersebut dapat meningkatkan risiko banjir, khususnya di wilayah-wilayah rawan genangan dan daerah aliran sungai," kata Kapusdatin Kebencanaan BPBD DKI Jakarta M Yohan dalam keterangannya, Kamis (3/7).
Yohan mengatakan, sebagai langkah antisipatif, Pemprov DKI Jakarta melakukan percepatan normalisasi saluran air, pengerukan waduk dan kali, serta optimalisasi rumah pompa. BPBD bersama Dinas Lingkungan Hidup juga terus mengedukasi masyarakat untuk menjaga kebersihan saluran air.
"Dari sisi kesiapsiagaan masyarakat, BPBD telah mengaktifkan sistem peringatan dini banjir melalui kanal resmi seperti aplikasi Jakarta Kini (JAKI), media sosial BPBD, penyebaran informasi melalui TV digital dan layanan call center Jakarta Siaga 112," tutur Yohan.
"Kami juga terus mengedukasi warga melalui kegiatan Sosialisasi Kesiapsiagaan Bencana dan simulasi evakuasi mandiri di tingkat RT/RW," tambahnya.
Personel BPBD DKI Jakarta dan logistik kebencanaan juga telah disiapkan di enam wilayah Jakarta. Posko siaga banjir juga tetap diaktifkan untuk memantau potensi bencana secara real-time. Peralatan lainnya seperti perahu karet, pompa mobile dan cadangan logistik juga disiapkan.
"Kami mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan tidak menyepelekan kondisi cuaca meskipun sedang berada di masa kemarau singkat ini. Perubahan iklim saat ini membuat pola cuaca menjadi lebih dinamis dan ekstrem, sehingga kesiapsiagaan harus tetap menjadi prioritas bersama," tuturnya.
Prediksi BMKG Kemarau Singkat
BMKG mengungkapkan, kemarau tahun 2025 akan berdurasi lebih pendek dibanding normal. Sebab berdasarkan prediksi cuaca bulanan terbaru, diperkirakan hujan dengan kategori Atas Normal akan terjadi di sebagian wilayah hingga Oktober 2025.
Di sisi lain kemarau datang lebih lama tahun ini. Sebab hingga awal Juni baru 19 persen wilayah Indonesia yang masuk musim kemarau, sebagian besar justru masih masuk kategori musim hujan.
Selama periode April hingga Mei 2025 yang seharusnya masuk waktu peralihan dari musim hujan ke kemarau, justru sejumlah wilayah masih memiliki curah hujan yang di atas normal.
“Prediksi musim dan bulanan yang kami rilis sejak Maret lalu menunjukkan adanya anomali curah hujan yang di atas normal di wilayah-wilayah tersebut, dan ini menjadi dasar utama dalam memprediksi mundurnya musim kemarau tahun ini,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam keterangannya.