Moh. Umar Amarudin (30), ojek online (ojol) yang menjadi korban demo ricuh di Jakarta, telah pulang ke rumahnya di Kampung Sukamukti, Desa Cikidang, Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi, Senin (1/9).
Umar pulang setelah dirawat selama 5 hari di Rumah Sakit Pelni, Jakarta Barat.
Umar mengingat peristiwa kericuhan yang terjadi pada Kamis (28/7). Saat itu, ia tengah menunaikan salat maghrib di masjid sekitar Slipi, Jakarta Barat. Lalu, situasinya perlahan jadi tak kondusif.
"Tempat saya salat gak terlalu jauh dari kerumunan di Cendrawasih, Slipi, Jakarta Barat," ujar Umar kepada kumparan, Rabu (3/9).
Usai salat, ia melihat kerusuhan sudah pecah. Ia melihat tembakan gas air mata oleh aparat untuk membubarkan massa. Ia terkena efek gas air mata, matanya terasa perih. Lalu, ia merasa saat itu ada yang menariknya lalu memukul kepalanya sampai ia pingsan.
"Saya kan kena gas air mata, kan yang lain lari saya gak sempat lari ditarik, [setelah ditarik] yah gitu [dipukul] di kepala. Dipukul sekali langsung pingsan," kata Umar.
Ia tak bisa mengingat siapa yang memukulnya, karena situasi yang ricuh.
"Gak tahu, sih, waktu itu kan ada polisi ada Brimob gitu yah berkerumun. Saya badannya kecil sekali pukul langsung pingsan tahu-tahu ada di rumah sakit," ujarnya.
Ketika di rumah sakit, dia merasakan sakit di dada, tangan, juga kepala. Ia diberi tahu tulang iga atau rusuknya patah.
"Berhubung di rumah sakit 5 hari jadi alhamdulillah membaik," katanya.
Dia menyatakan motornya masih aman terparkir di depan masjid, tapi handphone miliknya hilang ketika dia pingsan.
Umar mengungkapkan pada tanggal 9 September akan melakukan kontrol di RS Pelni. Menurut dia, segala urusan terkait biaya rumah sakit telah ditanggung oleh Pemerintah Provinsi Jakarta.
Sempat Viral Dikabarkan Dilindas Rantis
Umar merupakan ojol yang pada awalnya dikabarkan dilindas Rantis Brimob. Itu setelah beredarnya video detik-detik ojol yang dilindas bersamaan dengan beredarnya foto KTP Umar.
Saat viral dikabarkan dilindas rantis, Umar dalam keadaan masih tidak sadar di rumah sakit.
"Waktu itu saya belum dengar apa-apa. Setelah tahu, ya, enggak bisa berpikir apa-apa," ujarnya.