Tak butuh waktu satu tahun, gerbang tol Ciawi 2 lagi-lagi jadi sorotan karena menjadi tempat kecelakaan dua truk sekaligus. Menurut keterangan Kasat PJR Jagorawi, Kompol Ahmad Jajuli insiden tersebut terjadi pada pukul 02.35 WIB.
"Datang kendaraan kedua diduga pengeremannya kurang berfungsi dengan baik, lanjut menabrak gardu nomor 9 yang diperuntukkan untuk kendaraan kecil," kata Jajuli saat dikonfirmasi, Kamis (4/9/2025).
Peristiwa itu tentu menambah daftar panjang kecelakaan yang pernah terjadi di area yang sama. Terakhir pada 4 Februari lalu pukul 23:30 malam, sebuah truk menghajar gerbang tol berikut dengan beberapa kendaraan yang sedang antre transaksi.
Senior Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Ahmad Wildan menjelaskan, investigasi dari beberapa kejadian sebelumnya bahwa topografi sebelum memasuki area gerbang tol Ciawi 2 memang rawan untuk kendaraan besar.
"Kalau saya menyebutnya 'hidden hazard', di mana jalan menurun sebelum gerbang tol Ciawi itu dari atas tidak begitu terlihat dan panjang," buka Wildan dihubungi kumparan, Kamis (4/9/2025).
Maksudnya, para pengemudi kendaraan besar, apalagi yang bermuatan lebih di luar anjuran ditambah tidak paham betul karakteristik lingkungan di lokasi biasanya keliru mengambil manuver defensif yang benar.
"Saat pengemudi truk lengah menggunakan gigi tinggi, mereka akan dipaksa melakukan pengereman berulang. Ini lah yang menjadi penyebab kecelakaan berulang rem blong dari kendaraan besar di gerbang tol Ciawi 2," papar Wildan.
Untuk itu, Wildan menganjurkan sebaiknya pihak pengelola tol dapat menyiapkan fasilitas untuk mitigasi kasus serupa di lokasi yang mirip dengan gerbang tol Ciawi 2 yaitu pendekatan apa yang disebutnya sebagai self explaining road dan forgiving road.
"Self explaining road adalah konsep jalan yang menjelaskan kepada penggunanya apa hazard (potensi bahaya) dan apa yang harus dilakukan. Contohnya pakai rambu tulisan 'Turunan Panjang, Gunakan Gigi Rendah Sekarang' 100 meter sebelum masuk jalan menurun," jelasnya.
Dirinya menjelaskan penempatan rambu self explaining road persis di jalan menurun dinilainya tak tepat. Apalagi bunyi pesannya 'Cek Rem Sekarang, Turunkan Kecepatan', 'Hati Hati Daerah Rawan Kecelakaan', dan sebagainya itu kurang tepat dan tak efektif,
"Makanya ditaruh di awal sebelum masuk turunan. Kalau forgiving road yaitu konsep jalan yang akan menyelamatkan dengan menurunkan fatalitas jika terjadi kecelakaan yaitu dengan memasang jalur penyelamat khusus," kata Wildan.
Menyoal keterkaitannya kecelakaan tersebut akibat faktor Over Load Over Dimension atau ODOL, Wildan enggan berkomentar banyak. Menurutnya, jika memang truk yang kecelakaan tersebut ternyata ODOL, maka itu hanya salah satu faktor pendukung insiden tersebut.
"Sementara hazard yang menjadi penyebab utama rem blong itu adalah penggunaan posisi gigi transmisi yang tinggi pada saat jalan menurun. Memaksa pengemudi lakukan pengereman maksimal, saat kondisi malfungsi atau overloading pada kendaraan ya risiko (kecelakaan) jadi meningkat," pungkasnya.