Olly Dondokambey, Pemimpin Daerah dan Kaum Bapak Gereja dengan Politik Diamnya

INFO NASIONAL - Olly Dondokampey bercerita, pada pertengahan April 2025, dirinya bertemu Duta Besar Singapura Suryopratomo. Saat itu Suryopratomo menanyakan kabar Olly, apakah sehat sehat.

Mendapatu jawaban dari Olly, Suryopatomo mengucapkan, “Alhamdulillah, Puji Tuhan, Tuhan memberkati."

Mereka bertemu di ruang kerja kantor Kedutaan Besar Indonesia di Chatsworth Road, Singapura, sekitar satu kilometer dari Orchad Road. “Pak Olly beberapa kali ke sini, kami banyak bercakap tentang politik dan ekonomi nasional, Pak Olly tokoh kunci politik nasional. Beliau silent politician,” kata Suryopratomo.

Olly berteman dengan Suryopratomo sejak tahun 1994 atau saat menjadi wartawan Kompas. Karir wartawan Suryopratomo di Kompas melejit dari jabatan redaktur kemudian menjadi Pemimpin Redaksi Kompas dalam usia 42 tahun. Dari koran Kompas, dia pindah haluan menjadi presenter sekaligus direktur utama Metro TV.

Kemudian, Suryopratomo diangkat menjadi Dubes Singapura. Dia mengaku memiliki banyak teman politisi dari berbagai partai politik, tapi dia sangat terkesan dengan sikap politik Olly Dondokambey yang diam dan berpengaruh. Sulawesi Utara beruntung pernah punya gubernur Olly Dondokambey.

Mengikuti perjalanan politik Olly Dondokambey memang unik. Jarang tampil di televisi ataupun media lainnya untuk berdebat, tapi sejumlah politisi kawakan seperti Fachri Hamzah dan Bambang Soesatyo, mantan ketua MPR menyebut Olly adalah ketua kelas mereka. Maklum, Olly pernah dua periode menjadi anggota DPR yang menangani bidang anggaran.

Pengakuan Fachri Hamzah dan Bambang disampaikan kepada beberapa politisi dan pejabat Sulut. Pada 2015, Olly sempat memimpin pertemuan dengan sembilan politisi lintas partai di Menara Sampoerna.

Dalam berbagai kesempatan, Olly mengatakan politik itu bersih apabila memiliki tujuan untuk kemaslahatan umat. Ketika menjadi Panitia Anggaran DPR RI, Olly mengalokasikan sejumlah dana untuk pembangunan gereja dan masjid di tanah kelahirannya. 

Sejak menjadi Gubernur Sulut 2015, pembangunan fisik di Sulut bagai deret ukur terus melompat hingga menyelesaikan proyek strategis seperti jalan tol Manado-Bitung serta Jembatan Soekarno menghubungkan wilayah Utara dan Selatan kota Manado. Jembatan ini sempat mangkrak selama 13 tahun di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Juga ratusan proyek APBN fisik yang terbangun di era Gubernur Olly Dondokambey.

Olly Dondokambey tidak hanya 'ketua kelas' di bidang politik tapi dia 'sang ketum' dari sebuah paguyuban kaum bapak gereja protestan seluruh Indonesia. Setidaknya ada 90 gereja bernaung dalam paguyuban tersebut yang bernama Forum Komunikasi Pria Kaum Bapak Persekutuan Gereja Indonesia (FK-PKB PGI). 

Sang Ketum telah memimpin FK-PKB PGI selama 8 tahun sejak dilantik tahun 2018. Bagi Sang Ketum, FK-PKB PGI adalah organisasi gereja yang menjadi tulang punggung pembangunan spritual keluarga Kristen. Dia adalah imam dan nahkoda keluarga, sehingga pembangunan spritual melalui ketaatan dan beribadah kepada Tuhan adalah hal wajib.

Temmy Lengkong, salah satu pengurus FK PKB PGI mengatakan Sang Ketum selalu menyebut bahwa Gereja adalah Rumah Keluarga, Eclesia Domestica. Dia selalu mendorong kaum bapak untuk rajin beribadah dalam persekutuan gereja dimana dia berada. 

Sang Ketum berharap anggota FK-PKB PGI selalu bersinergi dengan pemerintah pusat dan provinsi setempat dalam kebijakan membangun kesejahteraan masyarakat. “Tunduk kepada pemerintah adalah perintah Injil," ujarnya.

Itulah sebabnya Sang Ketum meminta anggotanya untuk tidak berpolitik praktis atau membawa organisasi FK-PKB PGI terseret arus politik yang saling menyerang. “Kita doakan bangsa ini dari segala persoalan agar pemerintah dapat bekerja mensejahterakan rakyat,” kata dia.

Pembangunan spritual terus digelorahkan terus di kalangan kaum bapak dalam setiap pertemuan FK PKB PGI dalam Konsultasi Nasional (Konas). Saat Konas di Maluku Utara tahun lalu salah satu program konkret yakni program 1821 mengenai penggunaan android di keluarga terutama anak-anak periode jam 18.00 hingga 21.00. Pada periode ini setiap bapak diharapkan memberi contoh untuk tidak menggunakan android selama tiga jam, sebagai waktu keluarga dan waktu belajar anak.

Evaluasi mengenai program ini telah memengaruhi kehidupan setiap keluarga Kristen di Tanah Air. Anak anak tumbuh dan berkembang positif. Keseharian Sang Ketum yang sederhana berkomunikasi dengan orang tanpa pandang bulu, setelah melepas jabatan Gubernur Sulut tidak membuat beliau jauh gereja. 

Sang Ketum tetap semangat untuk memberi sumbangsih dalam pelayanan. Olly terus membantu umat melalui pembangunan fisik gereja. Tak terhitung berapa banyak rupiah diberikan kepada gereja.

Sebuah bantuan materi monumental diberikan kepada jemaat GMIM Paulus Titiwungen yang berada di titik sentral kota Manado. Gereja ini dibangun baru empat lantai beranggaran sekitar Rp 27 miliar. Seorang pengurus gereja GMIM Paulus Titiwungen, Edos Kerap sangat berterima kasih atas bantuan Sang Ketum.

Sanny Parengkuan, mantan anggota jemaat GMIM Paulus Titiwungen mengatakan l, pembangunan fisik gereja terus gagal selama 15 tahun, bahkan dua orang ketua panitia telah meninggal gereja tidak terbangun. “Rencana pembangunan gereja ini sudah ada sejak tahun 2000, tapi tidak pernah selesai," ujarnya.

Untuk urusan gereja, Sang Ketum pernah punya pengalaman indah saat berkomitmen membangun sebuah gereja di Jakarta. “Saat gereja selesai, saya terpilih anggota DPR RI," ujar Olly.

Sang Ketum mengatakan FK-PKB PGI adalah bagian dari pelayanan dirinya untuk membangun umat. Setiap Konas, anggota FK-PKB PGI sari seluruh Indonesia antusias untuk datang bersekutu. Dalam Konas Tomohon tahun ini tercatat sekitar 70 anggota hadir. Sang Ketum juga menghadirkan sejumlah pembicara mengisi spritual peserta. 

Sang Ketum terus berkarya untuk gereja. Dia adalah silent politician, politisi diam yang berpengaruh, terpilih kembali sebagai bendahara DPP PDIP selama empat periode. Inilah kisah singkat Olly Dondokambey, Sang Ketum dan silent politician. (*)