
SUSILO Bambang Yudhoyono (SBY), Presiden ke-6 Republik Indonesia, kembali menunjukkan sisi lain dari dirinya sebagai seorang seniman. Hari ini, Sabtu (6/9) ia resmi membuka pameran lukisan bertajuk ‘Art for Peace and a Better Future’ di Astha District 8, SCBD, Jakarta Selatan.
Pameran ini digelar dalam rangka memperingati 80 Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, berlangsung hingga 5 Oktober 2025. Sebanyak 31 karya dipamerkan dengan mengusung tema perdamaian, keberlanjutan, dan harapan lintas generasi.
Lukisan tersebut melibatkan empat institusi seni yakni SRD ISI Yogyakarta, FSRD ISI Surakarta, FSRD ITB, dan FSRD IKJ, serta bersama empat pelukis profesional independen.
Salah satu yang menjadi daya tarik adalah lukisan kolaboratif berukuran 2,5 x 7 meter yang merupakan hasil karya bersama. Diberi judul ‘Save Our World’, karya ini terinspirasi dari lagu judul yang sama ciptaan SBY.
Selain itu, di ruang pameran juga terdapat ‘SBY Corner’ yang menampilkan delapan lukisan karya SBY. Karya ini dihadirkan sebagai refleksi mendalam atas dunia yang terus bergolak namuan tak pernah kehilangan harapan.
Setiap goresannya merupakan suara hati, begitu pula dengan warna yang dipilih menjadi doa seorang SBY yang kini berbicarta lewat seni.
Dalam sambutannya, SBY menegaskan bahwa seni bukan sekadar ekspresi pribadi, melainkan juga bagian dari kontribusi terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Melalui karya seni ini, saya ingin membuktikan bahwa seniman terus berkarya. Seniman juga peduli pada masalah kehidupan, baik pada bangsa kita maupun bangsa dunia,” kata SBY dalam opening pameran.
Ia juga menekankan bahwa seniman memiliki peran penting sebagai bagian dari solusi. Menurutnya, seni dapat menjadi medium yang menumbuhkan rasa damai dan kebersamaan. “Seniman, sebagaimana kita semua, mencintai perdamaian dan kedamaian. Kami juga menjalin persahabatan dan kerukunan,” tambahnya.
Kurator pameran, Suwarno Wisetrotomo, menuturkan bahwa pameran ini sejatinya dijadwalkan dibuka pada 31 Agustus 2025. Namun, rencana tersebut harus ditunda karena bertepatan dengan aksi unjuk rasa.
Pameran lukisan ini juga menekankan relevansi karya-karya yang ditampilkan dengan dinamika global saat ini. Menurutnya, seni rupa memiliki kekuatan untuk menghadirkan ruang dialog dan refleksi.
“Seni rupa atau lukisan khususnya mampu berkontribusi pada persoalan mendasar, yaitu perdamaian dan masa depan yang lebih baik,” tegas Suwarno.
Pameran ini turut mendapat apresiasi dari Menteri Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya. Ia menilai sinergi kolaborasi yang nyata telah tercipta antara seniman, akademisi, dan stakeholder lainnya. Sehingga, menjadi wujud dari ekonomi kreatif, inovatif, inklusif, dan kolaboratif.
"Kami percaya jika ekosistem ini terus diperkuat, Indonesia dapat menjadi pusat seni rupa yang berpengaruh di kawasan bahkan di dunia. Sekaligus menjadikan sebagai instrumen diplomasi budaya dan medium penggerak pertumbuhan ekonomi," pungkasnya. (Wan)