PRESIDEN Prabowo Subianto mengundang sejumlah organisasi mahasiswa dan organisasi kepemudaan untuk melakukan audiensi di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis, 4 September 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (BEM PTNU) se-Nusantara Muhammad Raihan mengatakan aliansinya meminta pemerintah untuk membebaskan sejumlah demonstran yang ditahan oleh aparat. "Diminta untuk dibebaskan semuanya," ujar dia di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis, 4 September 2025.
Raihan mengatakan juga akan meminta Prabowo memperhatikan gaji guru, terutama guru honorer. Pantauan Tempo di lokasi, sedikitnya 15 perwakilan organisasi mahasiswa yang datang ke Istana. Beberapa di antaranya, yaitu Ketua BEM UPN Veteran Jakarta Kaleb Otniel Aritonang, Ketua Umum GMNI Muhammad Risyad Fahlefi, dan Ketua Umum PB HMI-MPO Handy Muharram Nataprawira.
Pimpinan DPR sebelumnya menemui perwakilan massa aksi pada Rabu, 3 September 2025. Massa yang diundang untuk berdialog berasal dari elemen mahasiswa. Pertemuan ini dihelat setelah gelombang demonstrasi sejak 25 Agustus 2025 berakhir dengan kerusuhan dan menyebabkan kematian setidaknya sepuluh orang dari masyarakat sipil.
Berbagai perwakilan mahasiswa, seperti dari Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia, BEM Universitas Trisakti, hingga BEM Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta bergantian menyampaikan tuntutan-tuntutan mereka.
BEM Seluruh Indonesia Kerakyatan, BEM SI Rakyat Bangkit, Dewan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (Dema PTKIN), hingga Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) juga menyampaikan aspirasi mereka ke DPR.
Gelombang demonstrasi di Jakarta dan berbagai wilayah Indonesia bermula pada Senin, 25 Agustus 2025. Massa aksi mendatangi Kompleks Parlemen untuk memprotes besaran tunjangan anggota DPR. Namun, gelombang demonstrasi yang bergulir berubah menjadi kerusuhan dan penjarahan di berbagai lokasi di Indonesia.
Pada 28 Agustus 2025, massa dari kelompok buruh dan mahasiswa kembali menggeruduk DPR. Demonstrasi di depan gerbang utama kompleks DPR/MPR ini berlangsung ricuh. Puncaknya, ketika kendaraan taktis Brigade Mobil atau Brimob melindas Affan Kurniawan, 21 tahun, seorang pengemudi ojek online di kawasan Rumah Susun Bendungan HIlir II, Jakarta Pusat.
Kematian Affan menyulut kemarahan publik. Para pengemudi ojek online seketika ramai-ramai mengepung Markas Komando Brimob Polda Metro Jaya, di Kwitang, Jakarta Pusat. Aksi berlangsung sampai keesokan harinya dan meluas hingga ke berbagai daerah di Indonesia, seperti Bandung, Makassar dan Surabaya.
Eskalasi mulai terjadi pada Jumat malam, 29 Agustus 2025. Bentrok antara massa dan aparat di berbagai tempat demontrasi terus memanas.
Pada 1 September 2025, massa dari elemen mahasiswa kembali berunjuk rasa di depan gerbang utama DPR. Massa aksi itu berasal dari organ mahasiswa seperti Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), hingga Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI). Tak hanya dari kalangan mahasiswa, demonstrasi itu dihadiri pula oleh sejumlah figur publik seperti Andovi Da Lopez, Jovial Da Lopez, Ge Pamungkas, hingga Ferry Irwandi.
Adapun pada 3 September 2025, Aliansi Perempuan Indonesia berdemonstrasi di Kompleks Parlemen. Aliansi mendesak Presiden Prabowo Subianto untuk menghentikan kekerasan negara terhadap para demonstran yang menyuarakan aspirasinya di jalanan.
Setelah massa Aliansi Perempuan Indonesia membubarkan diri sekitar pukul 13.30 WIB, giliran mahasiswa dari Dewan Pimpinan Pusat GMNI mengambil alih panggung protes.