Sejarah Sound Horeg yang Kini Diharamkan oleh MUI Jatim

Warga menyiapkan peralatan saat gelaran Urek Urek Carnival yang diiringi perangkat audio kapasitas besar di Desa Urek-urek Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (12/7/2025). Foto: Irfan Sumanjaya/ANTARA FOTO

Sound horeg menjadi pro-kontra di masyarakat belakangan ini. Menurut sebagian orang, suara horeg atau arak-arakan musik dengan speaker besar ini menimbulkan dampak negatif. Mulai dari terdapat penari yang menyertai suara pawai horeg hingga merusak fasilitas umum.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur akhirnya menerbitkan Fatwa Nomor 1 Tahun 2025 tentang Penggunaan Sound Horeg. Sound horeg resmi diharamkan.

Lalu, bagaimana sejarah sound horeg?

Menurut Ketua Paguyuban Sound Malang Bersatu sekaligus owner Blizzard Audio, David Stefan, sound horeg ini lahir dan berkembang di Kabupaten Malang. Tren pertunjukan sound horeg ini mulai ramai di tahun 2014.

"Iya memang dari Malang asalnya. Sejarahnya itu sound horeg ini mungkin saya bilang mulai ada itu mulai dikenal 2014," kata David kepada kumparan, Selasa (15/7).

Ketua Paguyuban Sound Malang Bersatu sekaligus owner Blizzard Audio, David Stefan. Foto: Dok. Pribadi

Terkait dengan nama sound horeg sendiri, David mengaku tidak mengetahui secara pasti berawal dari mana. Namun, masyarakat sendiri yang menyebut nama tersebut.

“Nah, istilah sound horeg itu yang memberi nama juga masyarakat bukan kami, bukan kami sebagai pemilik rental yang menamakan sound horeg juga masyarakat,” ucapnya.

Menurut David, perkembangan sound horeg ini tak lepas dari budaya di masyarakat. Mulai dari acara arak-arakan tumpeng dengan iringan musik hingga pawai

Warga menyaksikan gelaran Urek Urek Carnival yang diiringi perangkat audio berkapasitas besar di Desa Urek-urek Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (12/7/2025). Foto: Irfan Sumanjaya/ANTARA FOTO

"Jadi perkembangan zaman. Kalau zaman dulu memang arak-arakan tumpeng, ditambah ada musik-musik tradisional yang terus berkembang dari tahun ke tahun yang namanya teknologi ya seperti itu," ungkapnya.

"Ya sangat berhubungan sebenarnya sound horeg ini. Karena bisa menjadi daya tarik. Dalam kegiatan karnaval itu juga pakai baju adat," tambahnya.

Awalnya, kata David, sound system digunakan untuk mengiringi musik karnaval warga dengan berkeliling ke jalan-jalan.

Dalam perkembangannya, masyarakat kemudian menyewa suara dengan speaker besar lalu memutar musik dengan kencang.

Ilustrasi Sound Horeg. Foto: Massooll/Shutterstock

Namun, David berpendapat bahwa kekuatan suara dari sound horeg kini tidak bisa bertambah. Sebab, menyesuaikan dengan infrastruktur jalan saat pawai sound horeg

"Ya awalnya kan memang dari mobil kecil mungkin pick up, terus naik lagi ke truk gitu, naik lagi ke truk. Berkembang tambah lagi besar tambah besar," ujarnya.

"Tapi kalau menurut saya kan ini sudah maksimal daripada kegiatan sound. Karena kan kondisi jalan sudah tidak memungkinkan lagi. Jadi untuk volume daripada sound itu sudah maksimal kalau sekarang, enggak bisa lagi ditambah. Ditambah sampai berapa kondisi jalan kita di wilayah di Indonesia ini kan enggak semakin lebar tapi semakin sempit," tambahnya.

David juga mengaku dengan adanya tren sound horeg ini, keuntungan dari sound yang ia sewakan naik drastis.

"Kalau dari segi ekonomi pastilah kita beruntung juga lumayan dengan ramainya sound horeg ini. Karena kan semua beralih pada akhirnya ini menjadi usaha yang menurut saya lumayanlah untuk bisa dijadikan usaha yang bukan sampingan lagi, usaha yang pokok," katanya.