
AKTOR legendaris Hong Kong, Tony Leung Chiu-wai, siap meluncurkan debut film Eropanya berjudul Silent Friend di Festival Film Venice. Meski baru pertama kali berkolaborasi, Leung sudah mengaku ingin kembali bekerja sama dengan sang sutradara, Ildikó Enyedi.
“Saya ingin sekali bekerja dengan Ildikó lagi jika ada kesempatan,” ungkap Leung. Dua tahun lalu, ia juga menerima penghargaan Golden Lion Lifetime Achievement Award di ajang yang sama.
Leung mengaku tertarik karena pendekatan unik Enyedi. Saat mempersiapkan peran, ia bertanya bagaimana sebaiknya membangun karakter. Sang sutradara hanya menjawab, “Kamu hanya perlu hadir.” Menurut Leung, pengalaman ini berbeda dari apa pun yang pernah ia lakukan sebelumnya.
Sinopsis Film
Film Silent Friend menampilkan Leung sebagai seorang ahli saraf yang terjebak di sebuah kota universitas di Jerman selama pandemi. Hidup dalam kesepian, ia hanya ditemani pohon ginkgo besar dan seorang penjaga keamanan yang tidak bisa ia ajak berkomunikasi. Namun pertemuan dengan seorang peneliti lain, yang diperankan Léa Seydoux, mendorongnya memulai eksperimen baru.
Leung menilai karakter ini penuh kesepian, namun justru menunjukkan bagaimana bahasa hati mampu menembus perbedaan komunikasi. “Saya senang memainkan peran dengan sedikit dialog. Lebih menantang,” ujarnya.
Kepribadian
Bagi Leung, keputusan menerima proyek ini bukan karena cerita, melainkan kepribadian Enyedi yang membuatnya yakin. “Saya hanya tertarik pada Ildikó. Bukan sekadar sutradara, dia juga teman baik dan guru bagi saya. Kami punya banyak kesamaan, termasuk dalam minat pada filsafat,” katanya.
Aktor kawakan ini sebelumnya dikenal lewat film Hero, Lust, Caution karya Ang Lee, Internal Affairs yang diadaptasi Martin Scorsese menjadi The Departed, serta kolaborasi ikoniknya dengan Wong Kar-wai seperti In the Mood for Love, yang memberinya penghargaan Aktor Terbaik di Cannes.
Meski begitu, ia menyebut Silent Friend sebagai satu-satunya film eksperimentalnya. “Saya belum menontonnya, biasanya saya menghindari melihat film saya sendiri karena hanya fokus pada kekurangannya,” ucapnya sambil tersenyum.
Kecerdasan Tumbuhan
Selama proses syuting, Leung mengaku perspektifnya tentang alam berubah. Ia banyak membaca tentang kecerdasan tumbuhan dan perkembangan kognitif, yang membuatnya lebih menghargai kehidupan di sekitarnya. “Manusia sering merasa ada di puncak rantai makanan, padahal kita harus lebih rendah hati. Tumbuhan juga makhluk hidup dengan kecerdasannya sendiri, hanya dalam bentuk yang berbeda,” jelasnya.
Leung berharap penonton akan merasakan hal serupa. “Saya harap film ini bisa mengubah cara pandang mereka terhadap dunia, dan membuat planet ini jadi tempat yang lebih baik.” (Variety/Z-2)