Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani menegaskan bahwa beras yang menumpuk di gudang Bulog terutama beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) akan tetap ditangani secara optimal untuk menjaga kualitasnya.
Komisi IV berkali-kali memperingatkan penurunan kualitas beras yang ada di gudang Bulog karena terlalu lama disimpan.
Pria yang akrab disapa Rizal tersebut menyatakan bahwa penanganan dilakukan melalui fumigasi, yang kemudian dievaluasi dengan mengambil sampel dari berbagai titik, mulai dari pojok, tengah, hingga bagian atas tumpukan beras. Jika kutu masih ditemukan, fumigasi dilanjutkan hingga hama benar-benar mati.
“Dengan harapan fumigasi kedua itu sudah mati kutunya, kemudian baru kita bersihkan dengan alat, kemudian memisahkan antara beras yang pecahan-pecahan, termasuk dengan pemisahan beras-beras yang berwarna, yang tidak berwarna sesuai dengan beras yang lain,” ucap Rizal saat mengunjungi Gudang Bulog di Kanwil Jakarta-Banten, Jakarta Timur, Sabtu (6/9).
Rizal pun menjelaskan, beras yang telah dipisahkan tidak dibuang, melainkan dimanfaatkan untuk kebutuhan pakan agar tetap bermanfaat. Mereka menegaskan bahwa opsi pembuangan atau disposal tidak langsung dilakukan.
Kemudian terkait daya simpan, Rizal mengatakan pihaknya mengklasifikasikan beras berdasarkan usia stok, mulai dari 0 hingga 3 bulan, 3 hingga 6 bulan, 6 hingga 9 bulan, 9 bulan hingga 1 tahun, dan yang di atas 1 tahun.
“Jadi kita buat klasifikasi itu. Namun pada prinsipnya, sepanjang itu beras dipelihara atau dirawat dengan baik, insyaallah masa pakenya itu panjang,” ucap Rizal.
Kendati demikian, Rizal menuturkan jika kondisinya memburuk meski sudah dirawat maksimal, hal tersebut akan dilaporkan ke pimpinan untuk ditentukan solusinya.
Selain itu, Rizal juga memastikan bahwa gudang Bulog yang tersebar di seluruh Indonesia sesuai SOP dan aman untuk menyimpan beras. Ia menerangkan, Bulog menjalankan serangkaian prosedur rutin untuk memastikan kualitas beras yang disimpan tetap terjaga.
Setiap kali gudang dibuka dan ditutup, dilakukan pemeriksaan serta pembersihan secara harian, baik di lorong, sektor samping, maupun area sekitar gudang. Tujuannya adalah memastikan secara visual bahwa beras dalam kondisi aman.
“(Petugas gudang) naik-naik di atas tumpukan-tumpukan beras ini supaya meyakinkan bahwa beras-beras yang ada di atas itu juga aman. Kita takut kalau ada yang atapnya bocor dan lain sebagainya itu perlu kita cek. Supaya tidak ada yang netes airnya,” sebut Rizal.
Sebelumnya, Ombudsman RI menerima banyak keluhan pedagang terkait kualitas beras dalam program SPHO. Anggota Ombudsman, Yeka Hendra Fatika, menyampaikan bahwa temuan tersebut diperoleh dari hasil investigasi di sejumlah pasar tradisional di kawasan Jabodetabek.
“Nah, tapi tahun ini diwarnai dengan banyaknya komplain terkait mutu beras SPHP oleh masyarakat. Meskipun pemerintah menyampaikan yang jelek bisa diganti,” ungkap Yeka dalam konferensi pers di kantor Ombudsman, Jakarta Selatan, dikutip Sabtu (6/9).
Ia mengungkapkan, mutu beras SPHP yang sering dikeluhkan oleh pedagang umumnya berkaitan dengan kadar air, penampakan fisik, sampai aroma atau bau beras karena hama.