REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Seorang pejabat Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa jumlah korban kelaparan dalam dua hari terakhir adalah yang tertinggi sejak dimulainya kebijakan kelaparan Israel. Hal ini di tengah peringatan akan memburuknya krisis kemanusiaan dan dampak limpahannya.
Kementerian Kesehatan di Gaza pada hari Rabu mengumumkan kematian enam warga Palestina, termasuk seorang anak, akibat kelaparan dan kekurangan gizi dalam 24 jam terakhir. Kematian ini merupakan tambahan dari 13 korban syahid yang dilaporkan pada hari Selasa, termasuk tiga anak-anak. Ini adalah jumlah terbesar yang tercatat dalam satu hari sejak dimulainya perang pemusnahan dan kelaparan di Israel.
Meskipun kementerian mengkonfirmasi bahwa jumlah korban kelaparan telah meningkat menjadi 367 orang, termasuk 131 anak-anak, organisasi-organisasi Palestina dan internasional mengatakan bahwa tidak banyak perubahan dalam mengatasi situasi di daerah kantong yang dilanda bencana tersebut sejak PBB menyatakan kelaparan, dan bahwa masyarakat masih kelaparan karena kurangnya pasokan.
Al Jazeera melansir, kelaparan semakin parah ketika tentara Israel mulai melaksanakan tahap pertama rencananya untuk menyerang dan menduduki Kota Gaza. Bencana ini menghancurkan seluruh blok pemukiman di lingkungan Shuja'iyya, Zeitoun, dan Sabra, serta di Jabalia di Jalur Gaza utara, dan mulai membuat ribuan warga mengungsi.
Sejumlah negara serta organisasi hak asasi manusia dan kemanusiaan mengutuk operasi militer Israel, memperingatkan akan adanya eskalasi pertumpahan darah baru dan perpindahan penduduk Kota Gaza yang berjumlah hampir satu juta jiwa.
Kondisi kelaparan di selatan Gaza, 1 September 2025.
Direktur Kompleks Medis Al-Shifa, Dr Mohammed Abu Salmiya, memperingatkan konsekuensi implementasi rencana militer pendudukan Israel di Jalur Gaza bagian barat, tempat lebih dari satu juta warga Palestina berdesakan dalam kondisi yang tragis.
Abu Salmiya mengatakan kepada Al Jazeera bahwa jika pendudukan melakukan ancamannya, Gaza bagian barat akan terjerumus ke dalam bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Pada gilirannya, Direktur Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB di Palestina memperingatkan akan memburuknya krisis kemanusiaan di Gaza, menekankan bahwa kelaparan sedang mencekik Kota Gaza dan dampaknya mulai menyebar ke wilayah lain.
Komisaris PBB meminta komunitas internasional untuk mengambil tindakan segera untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza dan mencegah bencana yang lebih besar.
Sejak Oktober 2023, Israel—dengan dukungan Amerika—telah melancarkan perang pemusnahan terhadap penduduk Jalur Gaza, termasuk pembunuhan, kelaparan, penghancuran, dan pengungsian paksa. Mereka telah mengabaikan seruan internasional untuk menghentikan perang dan perintah Mahkamah Internasional dalam hal ini. Genosida telah menyebabkan lebih dari 63.000 orang tewas dan 160.000 orang terluka.