Kisah Keteladanan 2 Ulama Besar NU, Saling Menghormati di tengah Perbedaan

1 month ago 7
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persahabatan antara Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari dan KH Faqih Maskumambang telah terjalin sejak masa remaja. Keduanya pertama kali berkenalan ketika menjadi santri di Pesantren Syekh Kholil Bangkalan.

Hubungan itu terus berlanjut hingga mereka melanjutkan belajar ilmu-ilmu agama di Tanah Suci. Di Haramain pun, mereka menempuh masa belajar yang hampir bersamaan dan berguru pada sejumlah ulama yang sebagian besar sama.

KH Hasyim Asy'ari dan KH Faqih Maskumambang adalah para perintis Nahdlatul Ulama (NU). Sosok yang pertama disebut itu berasal dari Jombang, sedangkan yang kedua dari Gresik, Jawa Timur.

Melalui NU, KH Hasyim dan KH Faqih beserta seluruh ulama lainnya melestarikan ajaran Islam ahlussunnah wal jamaah (aswaja). Jam'iyyah ini pun merespons merebaknya pemahaman kolot kaum Wahabi serta hal-hal lainnya yang cenderung membid’ahkan amaliah dan ibadah aswaja.

Meski demikian, persahabatan antara KH Hasyim dan KH Faqih tidak selalu mulus. Mereka tetap memiliki perbedaan pendapat atau cara pandang dalam menyikapi persoalan-persoalan furu’iyyah, khususnya dalam bidang fikih.

Perbedaan itu tetap tidak membuat mereka saling menyalahkan atau berpecah belah. Justru sebaliknya, sikap dewasa dan saling menghormati tumbuh di antara keduanya. Itu pun tecermin pada ketegasan kedua dalam melarang para santri untuk bersikap ta’ashub atau fanatik terhadap suatu pendapat tertentu.

Pada tahun 1916 M, terjadi sebuah perbedaan pendapat yang memunculkan perdebatan ilmiah antara Kiai Hasyim Asy'ari dan Kiai Faqih Maskumambang. Bermula ketika mereka masing-masing membahas hukum penggunaan kentongan, yakni alat tradisional yang kala itu kerap dipakai sebagai penanda masuknya waktu shalat.

Di satu sisi, Kiai Hasyim melarang penggunaan kentongan, sedangkan di sisi lain Kiai Faqih membolehkannya.

Keduanya lalu menuangkan pandangan masing-masing dalam bentuk buku. Kiai Hasyim terlebih dahulu menulis Al-Jasus fi Bayani Hukm Naqus, yang berisi penjelasan tentang haramnya penggunaan kentongan.

Beberapa pekan kemudian, Kiai Faqih menanggapi dengan menulis kitab berjudul Hazzur Ru’us fi Radd Jasus ‘an Tahrim Naqus, yang berisi bantahan terhadap argumen Kiai Hasyim.

Ketika Kiai Hasyim Asy'ari mengetahui bahwa Kiai Faqih Maskumambang memiliki pandangan berbeda dengannya, ia mengundang para kiai dan santri senior di Pesantren Tebuireng. Dalam pertemuan itu, ulama besar ini meminta agar teks perbedaan pendapat antara dirinya dan Kiai Faqih dibacakan.

Read Entire Article