
BELASAN ribu anggota pecalang yang didatangkan dari 1.500 desa adat dari sembilan kabupaten dan kota di Bali berkumpul di Lapangan Niti Mandala Renon Denpasar, Senin (1/9). Belasan ribu pecalang tersebut mengikuti Gelar Agung Pecalang Bali di Lapangan Niti Mandala Renon untuk menyikapi aksi demonstrasi anarkis yang terjadi di depan Mapolda Bali dan juga di depan Kantor DPRD Bali sehari sebelumnya.
Gelar Agung belasan ribu pecalang tersebut dipimpin langsung Gubernur Bali Wayan Koster. Gelar Agung puluhan ribu pecalang ini bertujuan menyikapi aksi dan tindakan anarkis demonstrasi di Polda Bali dan Kantor DPRD Bali.
Aksi anarkis pendemo disinyalir dilakukan oleh sejumlah oknum yang didatangkan dari luar Bali. Hal tersebut terbukti puluhan demonstran yang ditangkap ternyata berasal dari luar Bali atau didatangkan dari luar Bali. Para pecalang Bali beranggapan bahwa situasi ini mencoreng kesucian Bali yang dikenal damai dan menjadi destinasi wisata terkenal dunia.
Untuk itu semua pecalang se-Bali menyatakan sikap akan melawan siapa saja oknum-oknum yang bertindak anarkis dan merusak fasilitas publik yang menodai kesucian Bali. Pecalang telah siaga dan siap berkolaborasi dengan TNI Polri untuk menghadapi aksi anarkis di Bali. Kolaborasi itu telah diatur dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 26 Tahun 2020 tentang Sistem Pengamanan Lingkungan Terpadu Berbasis Desa, dan peran organisasi seperti Jagabaya Dulang Mangap serta kebijakan yang dikeluarkan Pemprov Bali untuk menjaga hak masyarakat dan pembangunan berkelanjutan.
Dalam pernyataan sikap yang dibacakan oleh Pecalang Desa Adat Peminge Nusa Dua Badung, Nyoman Beker, ditegaskan sikap seluruh pecalang terkait aksi anarkis demontrasi di wilayah Bali.
Berikut pernyataan sikap puluhan ribu pecalang Pacalang Bali di Niti Mandala Bajra Sandi. Pertama, berdasarkan informasi bahwa masa yang melakukan aksi demo anarkis di Tanah Gumi Bali sengaja didatangkan dari luar Bali.
"Kami menolak segala bentuk demo anarkis di Tanah Gumi Bali," ujarnya.
Kedua, Tanah Gumi Bali adalah tempat kelahiran dan tempat hidup, menghirup udara Bali, serta membangun kehidupan yang sejahtera dan bahagia Niskala-Sakala, yang menjadi tanggung jawab kami seluruh masyarakat Bali. Oleh karena itu, Tanah Gumi Bali wajib dijaga oleh seluruh komponen masyarakat Bali. Jangan ada pihak yang melakukan tindakan anarkis menjadikan Bali tidak aman.
Ketiga, Pacalang Bali tidak rela tanah Bali dan keamanan Bali yang sangat kondusif diganggu dan dirusak dengan aksi demonstrasi yang tidak bertanggungjawab dan anarkis.
Keempat, Pacalang Bali akan membela Bali secara Niskala-Sakala dari perbuatan pihak dari mana pun yang mengganggu dan menodai kesucian Tanah Gumi Bali.
Kelima, Pacalang Bali mendukung penuh agar aparat keamanan Negara, TNI, dan Polri dalam mejalankan tugas menjaga keamanan Tanah Gumi Bali,
serta menindak tegas para pelaku anarkis dari mana pun yang melanggar peraturan dan memproses secara hukum.
Keenam, Pacalang Bali siap bekerja sama dengan aparat keamanan Negara, TNI, dan Polri, serta seluruh komponen masyarakat dalam menjaga keamanan, ketentraman, dan ketertiban Tanah Gumi Bali.
Pernyataan sikap pecalang dalam gelar Agung ini disaksikan langsung Gubernur Bali Wayan Koster, Bendesa Agung Majelis Desa Adat Provinsi Bali, Ketua DPRD Bali, Pangdam Udayana, Kapolda Bali, Kajati Bali, Danlanal, Danlanud, serta tokoh masyarakat se-Bali. (OL/E-4)